Sabtu, 13 Juli 2013

KISAH PENGHUNI GUA KAHFI (3): Pengalaman yang mengharukan

KISAH PENGHUNI GUA KAHFI (3): Pengalaman yang mengharukan
Maksalmina, Tamlika dan Martunus memutuskan untuk pergi ke ibukota Kerajaan Upsus untuk mencari pekerjaan. Martunus berjualan buah, Tamlika berjualan kambing dan domba, sedangkan Maksalmina menjadi kuli angkut dagangan Tamlika dan Martunus. Karena jujur dalam berniaga, dagangan Tamlika dan Martunus laris keras dan habis terjual, sehingga Maksalmina benar-benar diperas tenaganya sepanjang hari.

Karena hari sudah sore dan tidak mungkin kembali ke bekas puing bangunan tempat biasa mereka tinggal, akhirnya diputuskan untuk menginap di ibukota. Suasana kala itu sangat meriah, karena hari itu tiba saatnya perayaan kurban. Sejak matahari terbenam, orang-orang sibuk dengan kegiatan mereka. Kepala-kepala biara atau kuil mulai sibuk menerima sumbangan berupa buah-buahan, roti, daging kambing dan domba yang kemudian dipajang. Pemandangan semakin semarak dengan dinyalakannya obor-obor bersamaan dengan tenggelamnya matahari. Maksalmina, Tamlika dan Martunus memperhatikan suasana itu dari ujung belakang.
Tibalah saatnya bulan purnama muncul di ufuk timur. Semua obor yang dipegang penduduk dipadamkan. Raja Dikyanus maju ke depan untuk meresmikan dan menyaksikan pelaksanaan perayaan kurban. Raja mengucapkan pidato dan diteruskan dengan memuja dan memuji patung-patung yang membisu. Selesai pidato, terdengar suara tabuhan. Tiga wanita muda mulai menari-nari dan meliak-liukkan tubuhnya di depan patung-patung itu.
Penari itu merupakan pilihan raja, yang setelah selesai menari akan menjadi bahan rebutan laki-laki yang menginginkannya, sehingga tidak jarang hal ini menimbulkan perkelahian. Jika perebutan gadis dan pemotongan hewan kurban itu selesai, maka dilanjutkan dengan acara pemujaan terhadap patung-patung itu.
Di sebuah sudut di belakang kerumunan orang, empat pemuda memandang sedih upacara tersebut. Upacara unik, mengerikan dan murtad. Empat pemuda tersebut merupakan anak-anak pejabat di Kerajaan Upsus yang bernama Kastunus, Wabiranus, Yabtunus, dan Danianus. Mereka berpikir bagaimana meluruskannya, karena yakin bahwa itu merupakan sebuah kewajiban bagi mereka.
Sebelum mendapat kata sepakat, tiba-tiba muncul dua orang prajurit kerajaan, dan menegur keempat pemuda itu yang tidak mengikuti upacara kurban. Kastunus dengan berani mengatakan bahwa mereka tidak bisa mengikuti upacara yang tidak sejalan dengan keyakinannya. Kedua prajurit itu marah, karena keempat pemuda itu tidak menghargai ketentuan nenek moyangnya, dan kemudian membunyikan peluit yang terbuat dari gading gajah.  Mendengar suara peluit, banyak prajurit berdatangan dan kemudian menangkap keempat pemuda itu untuk dihadapkan kepada raja. Karena sedang menjalankan upacara, raja memutuskan untuk memeriksa keempat pemuda itu esok paginya dan memksa mereka untuk kembali ke kepercayaannya atau memilih penjara.
Keesokan harinya sidang diadakan di Balai Pertemuan dan boleh disaksikan seluruh rakyat dengan dijaga ketat oleh aparat keamanan. Maksalmina, Tamlika dan Martunuspun menyaksikan sidang tersebut. Pada persidangan tersebut, raja menanyakan alasan keempat pemuda itu tidak mengikuti upacara kurban. Kastunus sebagai wakil dari keempat pemuda itu menyatakan bahwa keyakinan  yang dianut raja dan seluruh rakyat adalah salah dan tidak masuk akal. Patung-patung yang disembah merupakan buatan manusia, sehingga sangat tidak masuk akal apabila disembah. Seharusnya yang patut untuk disembah adalah Dzat yang menciptakan alam ini beserta isinya. Raja sangat marah, dan menyatakan bahwa  mereka akan dihukum mati, apalagi meneruskan keyakinannya. Tapi mengingat jasa orang tua mereka, raja memberikan kesempatan untuk berpikir. Tapi Kastunus menjawab dengan tegas, bahwa pendirian mereka tidak akan berubah sampai kapanpun.

"Dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata: "Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran" (QS. Al Kahfi : 14).

Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk di sembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka?) Siapakah yang lebih dzalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?" (QS. Al Kahfi : 15)


Mendengar jawaban Kastunus yang tegas, Danianus mencoba untuk menasehati Kastunus agar mereka mengambil kesempatan berpikir seperti kehendak raja. Hal ini dilakukan agar di luar mereka dapat merencanakan hal lain. Akhirnya keempat pemuda itu sepakat mengambil kesempatan untuk berpikir, sehingga raja mengembalikan mereka kepada keluarganya masing-masing.
Ketika keluar dari ruang sidang mereka disambut dengan caci maki dari penduduk, dan juga keluarga mereka. Keluarga mereka tidak akan lagi mengakui sebagai keluarga apabila keempatnya tidak mau berubah sikap.

Berbagi Informasi
Berbagi Informasi Updated at: Sabtu, Juli 13, 2013

95 komentar:

  1. Subhanallah ... ditunggu kelanjutannya mas ... :D

    BalasHapus
  2. Wah kasian banget yah mereka berempat

    BalasHapus
    Balasan
    1. berlima sama Kang Ratno yang rambutnya kesrimpet karena kegondrongan

      Hapus
    2. Teguh pada keyakinan walau bagaimanapun keadaannya.
      @Kang Zach : jane aku juga pengin gondrong maning, tapi anake protes .. he he

      Hapus
  3. pada jaman dulu ada juga pesta (upacara) yang melibatkan gadis untuk diperebutkan...jaman sekarang pun masih ada. ngeri juga bila membaca berita, atau melihat tayangan televisi yang menyorot acara-acara "unik" yang sangat vulgar tapi malah dijadikan destinasi wisata populer di dunia, misal di sebuah kota di Belanda.

    BalasHapus
    Balasan
    1. jaman edan rupanya udah duluan terjadi di luar sana ya Mbak

      Hapus
    2. dari jaman kuda gigit besi sekaran kuda udah gigit jari ehheeh

      Hapus
    3. dari jaman kuda gigit besi sampai sekarang juga kuda masih gigit besi mang...hehe...

      Hapus
    4. Saya setuju kang Zach, jaman edan, akeh wong edan ... he he
      gigit besi apa pake behel .. he he he

      Hapus
    5. sejak dulu seksualitas memang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. seks sebagai awal kehidupan dikaitkan dengan falsafah sangkan paraning dumadi masuk dalam ritual keagamaan.

      itu yang sekarang salah diartikan orang. mereka tak lagi menganggap seks sebagai sumber kehidupan, tapi dibelokan ke sisi rekreasi semata. makanya orang yang merasa bener jadi terpengaruh dan memandang pelibatan seksualitas di ritual masa lalu juga tentang nafsu semata

      kayaknya sih gitu...

      Hapus
    6. Seks memang bagian dari kehidupan manusia, kuwe aku setuju, karena itu bagian dari melanjutkan keturunan. Nek neng Islam ritual seks hanya untuk yang sudah halal, itupun harga mati. Islam banyak juga mengatur tentang seks, tapi lebih banyak ke hak dan kewajiban

      Hapus
    7. betul om...
      semua keyakinan memandang seks itu sebagai awal kehidupan. fungsi reproduksi lah cara jawane. sayang pada akhirya berbelok ke fungsi rekreasi termasuk di kalangan agamis sekalipun. agama dijadikan alat pembenaran saja.

      tak heran kalo ada yang titel kyai haji tapi bikin legalisasi baru acara ngelontenya. panggil ceweknya, cari penghulu dan saksi, nikah di mobil trus kawin di hotel setelah itu bayar dan bubar...

      kepriben jal..?

      Hapus
    8. Kuwe bener banget, jan marahi gregeten. Pernah pas jumatan sing kotbah ceramah masalah kuwe. nek sing nang mobil nikahe ora sah jere, soale ora ana waline sing wedon, cen ana wali hakim tapi bisa dipake dalam kondisi khusus ra nduwe wali nang silsilah klg. Jaman siki akeh sing pinter agama, dadi pinter juga golet pembenaran go kepentingane dewek

      Hapus
  4. mengko dhisit. lagi teksambi karo umbah-umbah karo nyapu latar dhisit ya, hehe... enyong durung maca tuntas.

    BalasHapus
  5. ini kisahnya panjang bgt sob, masih bersambung gak? seruu

    BalasHapus
  6. ceritanya sepotong... bikin geregetan ah..

    kutunggu sambungannya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ok mang, lagi disusun nih, emang agak panjang. Maksud saya biar lengkap ceritanya, agar hikmah cerita ini bisa lengkap dicerna.

      Hapus
    2. Kalau sekalian disajikan, mbacanya mudah ngantuk Mang..

      Hapus
    3. Itu maksud saya mas Boku, juga nulisnya kadang terganjal rutinitas sehari2

      Hapus
  7. Pemuda-pemuda anak-anak para pejabat yang mempunyai pendirian kuat dan tidak terbawa arus kehidupan masa itu. Mereka mempunyai pendirian yang berbeda dengan keluarga dan masyarakat umumnya. Pendirian yang dipegang dengan sangat kuat. Dari manakah mereka mempunyai keyakinan seperti itu ? Siapa yang mengajarkan keyakinan seperti itu ? Apakah keyakinan itu dimiliki mereka dengan serta merta berupa ilham ? Kisah yang menarik. Salam cemerlang.

    BalasHapus
  8. keren ceritanya, ditunggu kelanjutan nya

    BalasHapus
  9. Masih seri ya Mas Is...,okey Mas saya juga masih terus nyimak kok Mas, sambil ngabuburit yuk...

    BalasHapus
  10. memang tidak enak ketika kita menjadi minoritas dalam suatu kaum. tak peduli benar atau salah tetap saja akan dibilang nyleneh. kalo memang kita sudah meyakini sesuatu yang berbeda dengan kebiasaan, tak perlulah menjadi plin plan. enak ga enak itu sebuah resiko
    kayaknya begitu...

    BalasHapus
  11. kisah haru biru, nice pos Mas Is,,,,Lanjutkan,,

    BalasHapus
  12. pantes wae...kelewatan terus beritane, jek kait pollow cah. hahahahah

    Tak copy artikel'e .....mayan buat menuhin hardisk

    BalasHapus
  13. menjadi minoritas itu memang sulit, tapi begitulah pilihan hidup, mseti punya prinsip, kalo gak gitu, gak punya harga diri sebagai manusia, lebih baik mengasingkan diri dari pada prinsip terjual

    BalasHapus
  14. sangat inspiratif nih bang.... makasih pencerahannya meski nggak ikutin serialnya hehehe... maklum kang dah jarang aktif ngeblognya... kadang2 aja hehehe

    BalasHapus
  15. apa yang dialami oleh Kastunus ketika diasingkan oleh keluarganya karena mempertahankan keyakinannya sama dengan yg dialami oleh kastunus2 yang ada dizaman modern ini ..salam :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banyak kasus seperti itu memang, walau hanya dalam lingkup keluarga

      Hapus
  16. bagus banget, penasaran nih sama cerita selanjutnya

    BalasHapus
  17. kisanya sungguh menggugah hati om,,

    BalasHapus
  18. .. waduch,, panjang banget kawan. maav cuma mampir doank,, cz lagi gak vit nich kondisi aq. maav ..

    BalasHapus
  19. kisahnya bagus mas... hmm klo bisa di buat format DOC kisahnya mas ,, nanti aku download..

    BalasHapus
    Balasan
    1. di copy trus paste ke word khan juga bisa .. he he

      Hapus
    2. kalau mamang berharap dibuat bukunya, kalau bukunya sudah ada langsung dikirim ke mamang heheeh

      Hapus
  20. jadi penari perut itu memang aslinya dari arab ya mas, jadi arab itu sebenarnya kiblat segalanya, baik dan buruk asalnya kan dari sana, lha wong peradaban orang dahulu kan dari sana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa jadi, mangkanya banyak nabi diturunkan disana, untuk memperbaiki umat

      Hapus
  21. wah,, masih ada kelanjutannya ya? lanjutkan selalu deh,, thanks buat kunjungannya,,

    BalasHapus
  22. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus

Terima Kasih Atas Kunjungannya
Harap berkomentar yang santun
dan tidak ada unsur SARA dan pornografi
Maaf, komentar dengan link aktif akan dihapus