Tentu kita masih ingat
dengan Gayus Tambunan, mafia pajak yang mempunyai rekening fantastis dari hasil
kongkalikong dengan pengusaha hitam dalam memanipulasi pajak, atau Ahmad
Fathanah yang sering memanjakan wanita-wanita cantik dengan uang haramnya.
Tentu kita juga sering mendengar dan melihat berita kasus-kasus tawuran antar
pelajar. Ini hanya beberapa contoh kasus dari ratusan bahkan mungkin ribuan
kasus penyimpangan moral yang terjadi di negeri ini. Kalau mau disebutkan
satu-persatu, satu postingan juga tidak selesai. Apakah bangsa ini sedang
mengalami apa yang disebut degradasi moral ?
Tawuran Pelajar |
Banyak spekulasi dan teori
berkembang dalam mengidentifikasi penyebab permasalahan itu. Ada yang
menyatakan bahwa hal itu disebabkan karena globalisasi yang telah membawa kita
pada "penuhanan" materi sehingga terjadi ketidakseimbangan antara
pembangunan ekonomi dan tradisi kebudayaan masyarakat. Ada yang menyalahkan
gagalnya sistem pendidikan kita dalam membina karakter peserta didik, dan masih
banyak lagi.
Saya tidak ingin membahas dan
berspekulasi untuk mencari faktor penyebab maraknya kasus penyimpangan moral
yang terjadi di negeri ini. Tetapi lebih ingin menegaskan pentingnya pendidikan
karakter diterapkan sejak dini, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat,
maupun pada pendidikan formal. Pada postingan ini hanya difokuskan pada
penerapan pendidikan karakter dalam pendidikan formal khususnya pendidikan
dasar dan menengah.
Apa sebenarnya pendidikan
karakter itu ? Pendidikan
karakter adalah usaha yang disengaja untuk menanamkan nilai-nilai karakter pada
peserta didik, yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad,
dengan keteladanan dan pengajaran karakter yang baik, untuk ditumbuhkembangkan
dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan
sehari-hari. Apabila melihat pengertian di atas, maka dalam pendidikan karakter
memuat dimensi penanaman dan pengamalan.
Kemudian bagaimana penerapan pendidikan karakter pada pendidikan dasar
dan pendidikan menengah ? Kalau berbicara dalam konteks pembelajaran di kelas,
maka saat ini, pendidikan karakter belum masuk dalam kurikulum yang berdiri
sendiri. Pelajaran yang menjadi rumah utama bagi pendidikan karakter adalah
PKn, agama, olahraga, atau bahasa Indonesia. Ada banyak tema Bahasa Indonesia
yang memuat bacaan dengan tema karakter tertentu. Selain melalui mata pelajaran
tersebut, pendidikan karakter juga harus diterapkan di sela-sela pelajaran sehingga saat ini,
pada silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) harus mencantumkan karakter yang diharapkan
pada setiap materi dan pokok bahasan di semua mata pelajaran. Perlu analisis
yang mendalam terhadap suatu konsep materi untuk menentukan karakter yang harus
ditanamkan. Selain itu, perlu kecerdikan dan kreativitas guru dalam menanamkan
nilai-nilai karakter tersebut pada proses pembelajaran.
Penerapan dalam pembelajaran hanya sebagian kecil dari strategi
penerapan pendidikan karakter pada pendidikan dasar dan menengah. Bagaimanakah
strategi penerapan pendidikan karakter dalam semua kegiatan di sekolah ? Penerapan
pendidikan karakter dapat dilakukan dengan berbagai strategi pengintegrasian.
Strategi yang dapat dilakukan adalah (1) pengintegrasian dalam kegiatan
sehari-hari, dan (2) pengintegrasian dalam kegiatan yang diprogramkan.
Pengintegrasian dalam kegiatan sehari-hari dapat dilakukan melalui cara
berikut.
1.
Keteladanan/contoh
Kegiatan pemberian contoh/teladan ini bisa dilakukan oleh kepala sekolah,
guru, atau staf administrasi di sekolah yang dapat dijadikan model bagi peserta
didik.
2.
Kegiatan
spontan
Kegiatan spontan adalah kegiatan yang dilaksanakan secara spontan pada
saat itu juga. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada saat guru mengetahui sikap/tingkah
laku peserta didik yang kurang baik, seperti meminta sesuatu dengan berteriak,
mencoret dinding.
3.
Teguran
Guru perlu menegur peserta didik yang melakukan perilaku buruk dan
mengingatkannya agar mengamalkan nilai-nilai yang baik sehingga guru dapat
membantu mengubah tingkah laku mereka.
4.
Pengkondisian
lingkungan
Suasana sekolah dikondisikan sedemikian rupa dengan penyediaan sarana
fisik. Contoh: penyediaan tempat sampah, jam dinding, slogan-slogan mengenai
budi pekerti yang mudah dibaca oleh peserta didik, aturan tata tertib sekolah
yang ditempelkan pada tempat yang strategis sehingga setiap peserta didik mudah
membacanya.
5.
Kegiatan
rutin
Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik secara
terus-menerus dan konsisten setiap saat. Contoh kegiatan ini adalah berbaris
masuk ruang kelas, berdoa sebelum dan sesudah kegiatan, mengucapkan salam bila
bertemu dengan orang lain, membersihkan kelas/belajar.
Pengintegrasian dalam
kegiatan yang diprogramkan dilaksanakan setelah terlebih dahulu guru membuat
perencanaan atas nilai-nilai yang akan diintegrasikan dalam kegiatan tertentu.
Hal ini dilakukan jika guru menganggap perlu memberikan pemahaman atau
prinsip-prinsip moral yang diperlukan. Misalnya, guru ingin menanamkan rasa
kebersamaan, gotong royong, dapat dilakukan dengan mengadakan kerja bakti untuk
membersihkan lingkungan sekolah.
Apabila semua strategi
di atas sudah dijalankan, bagaimana menilai keberhasilan pendidikan karakter ?
Untuk itu, sekolah harus mempunyai program yang nyata misalnya kantin
kejujuran, agar anak mempunyai kesempatan untuk mempraktikkan nilai kejujuran.
Atau dengan membuat indeks penilaian kebersihan, misalnya dengan menghitung sampah yang tidak dibuang
di tempat sampah, dan lain sebagainya.
Penerapan pendidikan
karakter yang terintegrasi dalam setiap kegiatan sekolah, diharapkan mampu
membentuk karakter anak dan secara lebih luas dapat membentuk karakter bangsa,
sehingga tidak ada lagi kasus-kasus seperti Gayus Tambunan, Ahmad Fathanah dan
lain-lain.
Kunjungan malam... :D
BalasHapusOk makasih, jangan bosan ya ... he he
HapusSeharusnya begitu, jadi nilai-nilai yang ditanamkan lebih efektif diserap siswa dan diimplementasikan dalam perilaku nyata
BalasHapusMungkin karena sistem pendidikan yang lebih berorientasi pada kognitif (sudah bertahun-tahun) sehingga menganggap pendidikan karakter kurang penting.
BalasHapus