Selasa, 18 Juni 2013

Filosofi Cermin : BELAJAR MENJADI ORANG TUA YANG BAIK


Filosofi Cermin : BELAJAR MENJADI ORANG TUA YANG BAIK


Rasanya tidak ada orang yang tidak pernah bercermin selama hidupnya.  Selama ini cermin hanya dipergunakan sebagai sarana melihat tubuh secara keseluruhan untuk merubah atau memperbaiki penampilan diri. Pernahkan kita mempergunakan cermin untuk melihat lebih dalam diri kita ? Sebagai orang tua, apakah kita telah mampu menjaga dan mendidik amanah berupa anak yang dititipkan Alloh kepada kita ?

Tidak ada salahnya kita mengurai  filosofi cermin untuk belajar menjadi orang tua yang baik. Secara filosofis, cermin memiliki makna sebagai berikut :
1.    Tempat yang tepat untuk introspeksi.  Jika  kita bercermin maka kita akan melihat potret diri kita sesuai dengan keadaan yang ada. Sebagai orang tua, kita harus siap menampung berbagai keluh kesah, curahan mawas diri, koreksi diri, atau instropeksi dari anak. Untuk itu, pemahaman terhadap dunia anak sangat penting, sehingga kita dapat mengarahkan dan membimbing anak, agar selalu mawas diri dan instropeksi serta mampu mengevaluasi perilaku anak dalam  komunitas dan lingkungannya.
2. Menerima dan menampakkan apa adanya. Cermin memiliki karakteristik bersedia menerima dan memperlihatkan apa adanya. Orang tua harus senantiasa jujur terhadap anak, mengenai situasi dan kondisi keluarga. Perlu diciptakan suatu iklim dialogis secara terbuka dalam keluarga, di mana anak diberikan kesempatan untuk menilai dan mengemukakan pendapat secara terbuka mengenai permasalahan dalam keluarga. Hal ini selain membuat anak merasa mempunyai arti dalam keluarga, sekaligus juga secara tidak langsung mengajarkan dan memberikan kesempatan kepada anak untuk memecahkan permasalahan secara mandiri. Pengalaman memecahkan masalah secara mandiri dalam keluarga, akan meningkatkan kemampuan anak memecahkan permasalahan yang ditemui dalam kehidupan.
3.    Menerima kapan pun dan dalam keadaan apapun. Cermin memiliki karakteristik bersedia menerima kapanpun dan dalam keadaan apapun. Orang tua harus mau membimbing, mengarahkan dan menampung keluh kesah kapanpun anak membutuhkan. Selain itu, orang tua juga harus mampu ikhlas dan sabar untuk menerima segala keadaan dan kondisi anak, walaupun kondisi anak belum sesuai dengan harapan orang tua.
4.   Tidak pilih kasih/tidak  diskriminatif.  Cermin memiliki sifat tidak pernah pilih-pilih, siapa saja yang mau bercermin pasti diterima. Orang tua tidak boleh pilih kasih antara satu anak dengan anak yang lain. Bahkan dalam konteks hubungan sosial anak, orang tua tidak boleh pilih kasih. Orang tua tidak boleh "membabi buta" membela anak, tetapi harus dapat melihat permasalahan secara proporsional.
5.  Pandai menyimpan rahasia.  Cermin tidak pemah memperlihatkan siapa yang telah bercermin kepadanya baik yang bercermin itu kondisinya baik atau buruk. Cermin memiliki sifat pandai menyimpan rahasia. Sebagai orang tua, kita harus pandai menyimpan rahasia anak. Kita tidak boleh membuka rahasia apalagi aib anak di hadapan orang lain. Ini akan  berpengaruh pada kepercayaan anak terhadap orang tua. Kepercayaan terhadap orang tua membuat anak terbuka untuk berbagi masalah dengan orang tua, sehingga orang tua dapat mengawasi, mengarahkan, dan membimbing anak dalam mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapinya.
Tentu saja karakteristik orang tua di atas belum dapat menggambarkan secara lengkap  kriteria orang tua yang baik. Paling tidak hal tersebut dapat menjadi media untuk belajar untuk menjadi orang tua yang baik.



Berbagi Informasi
Berbagi Informasi Updated at: Selasa, Juni 18, 2013

35 komentar:

  1. tiada yang bisa menandingi kejujuran cermin,

    BalasHapus
  2. cermin itu sakti lho mas, kalau saya sih untuk satu hal yang sangat sulit yaitu muhassabah, bagaimana saya menilai diri sendiri sebelum saya berinteraksi dengan yang lain. dari pada menilai orang lain ndilalah saya lebih parah dari orang lain repot juga kan. ada adagium yang mengatakan anak itu cerminan orang tua kalau anak nakal atau luput suwuk ya jangan salahkan anak ya mas. hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul ... top markotop, sakti tenan mas Agus Setya .. (gawe istilah anyar, he he he)

      Hapus
    2. nom-noman sakti = remaja sakti koyo bengkel ae mas, hehe

      Hapus
    3. kalau bis surabaya jogja itu sumber kencono mas

      Hapus
  3. kalau cermin pasti jujur....

    mudah mudahan mamang bisa menerapkan poin poin di atas

    BalasHapus
  4. betul mang ...
    mudah2an kita bisa menjadi orang tua yang baik ya mang ..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiin... itu yang di impikan setiap orang tua...

      Hapus
    2. Gak papa kalau gak ketahuan istri ... he he

      Hapus
    3. yaaah..malah dosa tho..dan nafkahnya susah mas..katanya lho ya

      Hapus
  5. cerminku selalu jujur kalau aku ganteng ya mas isnaen ..heheh

    BalasHapus
  6. Mungkin aku akan bercermin setelah membaca artikel ini mas ... :D ijin follow mas .. :D Follback yah ...

    BalasHapus
  7. cermin adalah suatu kejujuran yg tdk bisa dibohongi, sik tak bercermin...

    BalasHapus
  8. pas banget filosofinya mas, cermin menggambarkan kita apa adanya

    BalasHapus
  9. mau cari cermin ya di toko kaca lah mas, masak di toko penjual sayuran

    BalasHapus

Terima Kasih Atas Kunjungannya
Harap berkomentar yang santun
dan tidak ada unsur SARA dan pornografi
Maaf, komentar dengan link aktif akan dihapus