Senin, 17 Juni 2013

KEMITRAAN SEKOLAH DAN KELUARGA DALAM PENDIDIKAN KARAKTER

KEMITRAAN SEKOLAH DAN KELUARGA DALAM PENDIDIKAN KARAKTER
Pada postingan terdahulu telah dibahas penerapan pendidikan karakter pada pendidikan dasar dan menengah. Namun demikian pendidikan karakter tidak bisa hanya dilakukan dalam lingkungan sekolah, tetapi juga harus dilakukan dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Suasana kehidupan di sekolah dan di rumah mempengaruhi perkembangan kepribadian anak, karena hal itu merupakan wahana penyemaian nilai-nilai yang akan dijadikan acuan oleh anak dalam setiap tindakannya.

Oleh karenanya perlu  dibangun kemitraan sekolah dan keluarga dalam pendidikan karakter. Hal ini untuk menghindari terjadinya kontradiksi atau ketidakselarasan  antara nilai-nilai  yang harus dipegang teguh oleh anak-anak di sekolah  dan yang harus mereka ikuti di lingkungan keluarga atau masyarakat. Apabila terjadi konflik nilai, anak-anak mungkin akan merasa bingung sehingga tidak memiliki pegangan nilai yang menjadi acuan dalam berperilaku, dan dikhawatirkan tidak mampu mengontrol diri dalam menghadapi pengaruh-pengaruh negatif dari lingkungan sekitar mereka.
Masih dengan gaya berpikir andalan, "otak atik gatuk", menurut saya ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam membentuk jaringan kemitraan sekolah dan keluarga dalam pendidikan karakter, yaitu :
1.    Mengubah cara pandang orang tua mengenai lembaga pendidikan. Ada sebagian orang tua yang berpandangan bahwa sekolah adalah satu-satunya lembaga yang mampu mencetak pribadi berkarakter, sehingga terkesan menyerahkan tanggung jawab penanaman nilai-nilai karakter kepada sekolah. Cara pandang tersebut harus dirubah, karena keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Selain itu, sebagian besar waktu anak dihabiskan di rumah. Nilai-nilai karakter yang ditanamkan di sekolah tidak akan mampu secara efektif merubah perilaku dan karakter anak, apabila tidak didukung dengan penanaman nilai-nilai yang sama dalam keluarga.
2. Mensosialisasikan konsep pendidikan karakter dalam lingkungan keluarga. Orang tua penting untuk memahami bahwa pendidikan karakter tidak bisa hanya dilakukan di sekolah, tetapi juga harus dilakukan juga dalam kehidupan di keluarga. Secara praktis, pendidikan karakter dapat dipahami melalui tiga proses, yaitu "knowing the good, loving the good, dan acting the good". Orang tua harus melakukan sosialisasi nilai-nilai karakter, menjadikan anak mencintai nilai-nilai tersebut, serta membiasakan anak melakukan nilai-nilai tersebut. Beberapa strategi dapat dilakukan orang untuk melakukannya, seperti menciptakan iklim dialogis dalam keluarga, keteladanan, pembiasaan, dan dalam segala aktivitas kehidupan dalam lingkungan keluarga. Orang tua dapat mengadopsi strategi yang diterapkan di sekolah untuk coba diterapkan di rumah.
3. Mendiskusikan nilai-nilai karakter yang harus dikembangkan pada anak. Nilai-nilai karakter yang hendak dikembangkan di sekolah, yang juga diprogramkan untuk dikembangkan di lingkungan keluarga hendaknya merupakan hasil diskusi pihak sekolah dan perwakilan orang tua, dan selanjutnya disosialiasikan kepada seluruh orang tua siswa. Penentuan nilai-nilai karakter yang dikembangkan tersebut hendaknya dapat disesuaikan dengan kondisi siswa dan juga pengaruh negatif lingkungan yang dapat mempengaruhi siswa.  Keselarasan dalam pengembangan nilai-nilai karakter, diharapkan mampu meningkatkan efektivitas penanaman nilai karakter dalam lingkungan sekolah dan keluarga.
Pada khayalan tingkat tinggi, saya berharap pendekatan pendidikan karakter secara komprehensif dengan melibatkan sekolah dan keluarga, apalagi ditambah dengan lingkungan, maka akhlak mulia dapat terukir menjadi "habit of the mind" atau kebiasaan berpikir, dan menjadi dasar dalam setiap tindakannya. Apabila anak dihadapkan pada situasi yang memberikan kesempatan untuk berbuat curang yang akan menguntungkannya, maka anak akan berpikir bahwa hal itu bertentangan dengan nilai-nilai karakter yang positif, sehingga tetap memilih untuk berbuat jujur apapun konsekuensinya.

Berbagi Informasi
Berbagi Informasi Updated at: Senin, Juni 17, 2013

16 komentar:

  1. saya rasa kok sulit ya mas untuk mewujudkannya, soalnya keluarga kan punya kesibukan sendiri untuk mencari nafkah misalnya, belum lagi ada yang car e ada yang tidak, tapi betul kok institusi keluarga itu sosialisasi primer bagi perkembangan karak ter anak

    BalasHapus
  2. Itu tantangan utamanya mas Agus. Pendekatan sekolah terhadap orang tua yang intensif diharapkan merubah cara pandang orang tua. Bagi yang sibuk, kuncinya bagaimana berbagi peran antara ibu dan bapak, dan strategi penanaman nilai yang dilakukan. Semuanya memang harus dimnulai dari itikad yang baik .. he he he

    BalasHapus
    Balasan
    1. juara dan top banget, kalau semua wali murid seperti yang diimpikan mas isnaeni, pasti deh indonesia tidak akan krisis moral

      Hapus
    2. mudah-mudahan mas Agus Setya ..
      Kadang2 saya gregetan sama pemerintah je mas. setelah dinilai ada degradasi moral, baru kemudian diterapkan pendidikan karakter. Sebelum itu, bahkan pendidikan budi pekerti, PMP, PSPB, dan juga penataan P4 untuk level universitas dihilangkan untuk mengejar aspek kognitif yang dinilai ketinggalan dari negara lain. Wolak-waliking jaman, anak saya yang kelas 3 SD, nyebut Pancasila wae grotal-gratul.

      Hapus
  3. akhirnya nyampe di nomor 3 mas..
    http://valentinofebrian.blogspot.com/2013/06/cara-membuatmengubah-idm-trial-menjadi.html

    BalasHapus
    Balasan
    1. masih kalah sama mas Agus Setya ya mas Valentino Febrian ... he he

      Hapus
    2. ya sudah tak hibahkan ke mas valentino saja,,saya tak cangkruk bawah pohon mangga sambil makan telo goreng

      Hapus
    3. tak temani sambil ngopi2 mas Agus .. he he

      Hapus
  4. kepala sekolah anak saya tu sering minta masukan ke para orang tua murid, termasuk saya. kemitraan yang kecil2an begitu juga lumayan loh Mas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, memang harus ada komunikasi yang intensif orang tua dengan pihak sekolah. Di SD Muhammadiyah Suronatan tempat anak saya yang kecil juga ada pengajian sebulan sekali, dan setelah itu orang tua dikumpulkan di masing-masing kelas untuk diberikan pengarahan oleh guru. Orang tua yang anaknya bermasalah diminta untuk menghadap guru secara khusus.

      Hapus
    2. bagus sekali mas, kalau ada komunikasi dua arah apalagi orang tuanya care banget pada dunia pendidikan, klop deh tumbu pethuk tutup...
      mas zach dan mas isnaeni ini pancen wong top kok..
      saya tak nutupi kresek muka saya dulu, hehe

      Hapus
    3. Semua juga tergantung leadership di sekolah mas. Kebetulan kepala sekolah di SD anak saya pintar memotivasi orang tua untuk care terhadap pendidikan anaknya. Bahkan untuk siswa kelas 6 pada semester 2, guru dan kepala sekolah mengunjungi rumah setiap siswa untuk memantau belajar anak secara periodik. Orang tua juga diberi pembekalan bagaimana mempersiapkan siswa untuk UN. Kalau di sekolah lain saya gak tahu. Kalau nanti dibolehkan kepala sekolah, saya pengin posting mengenai sekolah anak saya tersebut.

      Hapus

Terima Kasih Atas Kunjungannya
Harap berkomentar yang santun
dan tidak ada unsur SARA dan pornografi
Maaf, komentar dengan link aktif akan dihapus