Kali ini saya ingin
berbagai informasi mengenai cerita silat karya SH. Mintardja, dengan setting kerajaan Pajang pada
masa pemerintahan Sultan Trenggana dan berjudul Nagasasra dan Sabuk inten.
Cerita ini berkisah tentang perjuangan Mahesa Jenar untuk mendapatkan keris
pusaka Nagasasra dan Sabuk Inten yang raib dicuri tokoh jahat dari gedung
Istana. Mahesa Jenar merupakan seorang rangga dari pengawal raja yang
mendapatkan gelar Rangga Tohjaya. Karena kakak seperguruannya terbunuh dalam
sebuah pemberontakan, Mahesa Jenar menggundurkan diri dan memilih perjuangan
lain bagi Pajang, menemukan kembali keris pusaka Nagasasra dan Sabuk Inten.
Dalam
pengembaraannya, Mahesa Jenar berkenalan dengan Gajah Sora, kepala Tanah
Perdikan Banyubiru dan bersama-sama berhasil merebut keris pusaka Nagasasra dan
Sabuk Inten. Golongan hitam kemudian menyerang Banyubiru untuk merebut kembali
kedua pusaka tersebut. Pada saat itulah
muncul tokoh yang dulunya berjuluk Pasingsingan sepuh, yang kemudian ternyata
adalah Pangeran Buntara paman dari Sultan Trenggana yang telah keluar dari Istana
dan menjadi seorang panembahan dan bernama Panembahan Ismaya. Kedua keris
tersebut kemudian disimpan Panembahan Ismaya dan akan diserahkan apabila
kondisi negara sudah aman.
Karena
tidak berhasil mendapatkan kedua keris pusaka yang menjadi lambang kejayaan
Pajang, para golongan hitam dengan dibantu adik Gajah Sora bernama Lembu Sora,
memfitnah Gajah Sora dengan menyatakan bahwa Gajah Sora sengaja menyembunyikan
kedua keris tersebut sebagai senjata untuk melakukan makar kepada Pajang. Sultan
Trenggana kemudian mengirimkan pasukannya untuk menggempur Banyubiru dan
merebut keris Nagasasra dan Sabuk inten. Pada saat kedua pasukan sudah
berhadapan, timbul kesadaran pada diri Gajah Sora, bahwa sebagai kawula Pajang,
tidak seharusnya dia melakukan perlawanan. Selain itu, perlawanan terhadap
Pajang hanya akan akan menyengsarakan rakyatnya, karena tidak mungkin menang.
Demi kepentingan Banyubiru dan rakyatnya, Gajah Sora kemudian menyerah tanpa
perlawanan dan dibawa ke Pajang untuk dihukum penjara.
Sebelum
menyerah, Gajah Sora memberikan amanah kepada Mahesa Jenar, agar mau menjadi
guru, membimbing dan mempersiapkan anaknya yang bernama Arya Salaka yang kala
itu berusia 13 untuk menjadi pribadi yang mulia dan tangguh agar kelak dapat
memimpin Banyubiru dengan baik. Dari sinilah kemudian dimulai pengembaraan
Mahesa Jenar untuk mendidik baik dalam olah kanuragan maupun kejiwaan dan
spiritualitas Arya Salaka. Keduanya harus berpindah-pindah tempat dan
bersembunyi dari pengejaran golongan hitam terutama dari Lembu Sora dan anaknya
Sawung Sariti.
Perjuangan
tak kenal lelah, penuh kesabaran dan pantang menyerah dari kedua orang
tersebut, akhirnya berbuah manis. Mahesa Jenar berhasil menyempurnakan ilmu
Sasra Birawa dalam bimbingan Kebo Kanigara, anak gurunya yang ditemui dalam
pengembaraannya. Semua itu tidak terlepas dari peran Panembahan Ismaya yang
ternyata selalu mengamati perkembangan kedua orang tersebut. Demikian pula Arya
Salaka, karena perjuangan tak kenal lelah serta kesabaran dalam menelan segala
hinaan dan celaan dari paman dan saudara sepupunya, berhasil menjadi pribadi
yang mulia, kokoh, kuat, serta menguasai puncak ilmu yang diajarkan gurunya,
yaitu Sasra Birawa. Seperti kebanyakan cerita yang lain, cerita ini berakhir
bahagia. Mereka berhasil mengembalikan keris pusaka Nagasasra dan Sabuk inten
sehingga Gajah Sora pun akhirnya dibebaskan.
Selain
alur ceritanya menarik dengan setting sejarah kerajaan di Jawa, saya meraba
beberapa pesan yang tersembunyi yang ingin disampaikan penulisnya melalui
karakter tokoh-tokok dalam cerita tersebut. Pada diri Mahesa Jenar saya melihat
pribadi yang bertanggung jawab, sehingga dengan jantan mengundurkan diri karena
kesalahan yang diperbuat saudara seperguruannya. Mungkin ini jarang dilakukan
para tokoh di negeri ini, yang selalu berusaha untuk mencari kambing hitam atas
kesalahan yang diperbuatnya. Selain itu, Mahesa Jenar juga pantang menyerah dan
memegang teguh amanah. Dia akan mengorbankan segalanya demi untuk melaksanakan
amanah sahabatnya, dan berjuang sampai batas yang dimilikinya agar mampu
memenuhi amanah tersebut.
Pada
diri Gajah Sora, saya melihat pribadi yang setia terhadap negara dan selalu
berbuat untuk kepentingan rakyat banyak. Suatu sikap yang juga jarang dimiliki
para tokoh di negeri ini, yang hanya manis pada saat kampanye dan gampang
melupakan rakyatnya ketika sudah menduduki jabatan. Pada diri Panembahan Ismaya,
saya menemukan pribadi yang bijaksana, mempertimbangkan suatu masalah dengan
cermat tanpa didasari kepentingan pribadi. Pada diri Arya Salaka saya membaca pribadi
yang tegar dalam menghadapi masalah, tidak manja, dan mau berjuang keras untuk mencapai
cita-citanya.
Secara
keseluruhan, cerita ini membawa kesadaran bahwa segala sesuatu yang kita
inginkan harus diperjuangkan dengan keras tanpa kenal lelah, dan tidak mudah
menyerah, serta tidak lupa berdoa kepada Allah SWT yang menentukan segala
sesuatunya. Semoga bermanfaat.
Setuju mas, perjuangan yang dilakukan dengan usaha yang masimal insaa Allah berhasil dengan bantuan doa, dan satu lagi, yang batil pasti akan kalah..
BalasHapusGood story mas, banyak pelajaran yang bisa diambil
Betul sekali mas, banyak makna tersembunyi yang bisa dipetik untuk dijadikan pegangan hidup
HapusSeru banget nih cerita nagasasra nih :D
BalasHapusIya mas, cuma harus meluangkan waktu karena serinya cukup banyak ..
Hapuswah berbicara tentang keris nagasasra saya punya gambarnya n siap diposting nanti mas, tapi nagasasra yang ini adalah pusaka sumedang larang...apa mungkin sama gitu ya dengan keris nagasasra yang ada dalam cerita diatas ?? karena di sumedang larang dulu ada putri harisbaya yang menjadi ratu sumedang larang, ia adalah putri yang berasal dari pajang
BalasHapusbisa jadi begitu kang WS coba telusuri lagi ach hehe
HapusBanyak kesamaan sebenarnya keris di Jawa Tengah, Jawa Timur dengan daerah Sunda, Nagasasra sendiri itu nama salah satu dapuran keris atau bentuk bilah keris, di pangkal ada tatahan bentuk naga dan kemudian tubuhnya memanjang sampai ujung keris
Hapusbekerja keras selagi yang lain tertidur, itu ya Kang?
BalasHapusWah kalimate rika inspiratif banget kang ...
Hapuskayaknya seru nih nagasasra.
BalasHapusSeru mas, banyak blog menyediakan secara gratis, saya juga hanya download di salah satu blog ..
HapusHehe,
BalasHapusOrang seperti di atas memang jarang di temui di dunia ini
Kalau sekarang ada, masuk museum mas, saking langkanya .. hehehe
HapusLebih rela mengalah karena tidak ingin rakyat menjadi korban...itu yang patut di contoh para pemimpin sekarang ya mas sebab untuk saat ini justru rakyat sengsara untuk kepentingan atasan
BalasHapusBetul sekali mbak, tapi mudah2an besok rezim yang baru tidak seperti itu ya .... berharap dot com ..
HapusLuar biasa mahesa jenar. sabar sekali menghadapi banyak cobaan.
BalasHapusTapi berbuah manis kesabarannya ...
HapusBaru dengar saya cerita tentang Nagasara ini, ternyata dari pulau jawa juga yaa, lumayan dapat pengetahuan baru :)
BalasHapusbener mas, setting cerita di akhir kerajaan Pajang ...
HapusSangat mengisnpirasi ya mas ... :)
BalasHapusBetul mas, perjuangan untuk meraih harapan dan cita-cita ..
Hapuskang mas nazar...kliatan ngga baca-nya....;o)
Hapus#sama....dengan sayah
Komentar dulu deh :D baru baca :D hehehee :D
BalasHapusPffffttt... Terus apa yang di komentari kalo komentar dulu baru baca :3 Pfftt...
Saya berkunjung balik bang
Admin
Cyber4rd.blogspot.com
Ok deh mas, makasih kunjungannya ..
Hapuskalau semua pejabat sekarang seperti Mahesa Jenar sudah bisa dipastika dampaknya bagi rakyat Indonesia tercinta ini,,,,
BalasHapusMungkin gak ya ...?
HapusPasti....
Hapusngga ada ibu-ibu yang pada korupsi...kan Mahesa Jenar nya ganteng dan baik hati...loch?!
malah gak sempat masak ya kang Hadi ..? hehehe
Hapussayangnya semua itu tinggal cerita mas, pemimpin jaman sekarang sudah jauh berbeda. mereka lebih mementingkan isi perut dan nafsu duniawi ketimbang mementingkan rakyatnya
BalasHapusBener mas, pikiran mereka tidak jauh dari perut .. hehehe
HapusKalau jaman sekarang di Indonesia orang kayak Mahesa Jenar sudah masuk museum saking langkanya .. hehehehe
BalasHapuswah pelajaran yang sangat berharga ini ya mas, perlu dicontoh nich :)
BalasHapusthanks atas share nya ya :)
sama-sama mbak ...
HapusArtikel yang memberi kita motivasi untuk terus berjuang tanpa kenal menyerah dalam mencapai sesuatu, bisa dikatakan tentang ikhtiar karena harus tetap dibarengi dengan Doa. karena semua yang terjadi atas kehendak Allah swt :) Salam sukses
BalasHapusBetul sekali mas, ikhtiar tak kenal menyerah dan doa kuncinya
Hapusbermanfaat bgt mas..banyak pelajaran yg bisa di ambil dari kisah diatas...maksih ya mas sudah berbagi :)
BalasHapusSama-sama mas ..
Hapuswalah kok saya malah baru tau tentang cerita naga suara ini ya mas.. terus selama ini saya kemana saja hahahaha
BalasHapusMungkin masalah hobby saja, kalau saya dasarnya suka komik .. hehehehe
HapusSelamat siang Mas Mohammad, nyimak sambil belajar dari cerita
BalasHapusNagasasra nih Mas saya baru denger cerita nya simak sampai habis deh
Terima kasih sudah berbagi info dan Topik Cemerlang ini salam sukses :)
Makasih juga sudah berkunjung dan mau nyimak artikelnya ..
Hapusblom sempet abis nih bacanya
BalasHapussaya bookmark yh gan
monggo kang ..
Hapusbukan rangga tohpati mas..tapi rangga tohjaya..hehehe
BalasHapussaking fenomenalnya suporter PSIS semarang namanya laskar mahesa jenar..stadion bola di solo juga stadion manahan..manahan nama samarannya mahesa jenar..
bahkan ada yang menganggap tokoh ini nyata..skalian nitip halaman tentang mahesa jenar monggo kl ada waktu silahkan mampir..
http://nglengkong.blogspot.com/2012/04/mahesa-jenar-jagoan-tanah-jawa-antara.html
hehehe, iya saya salah tulis tuh, sudah lama banget bacanya, dulu ortu punya lengkap serinya, kalau saya senengnya baca di e-book ... hehehe
Hapussemoga semakin menyadarkan kita semua untuk selalu berbuat baik, dan taat akan perintah Allah SWT. amiin
BalasHapus