Senin, 30 Desember 2013

BELAJAR DARI CERITA NAGASASRA DAN SABUK INTEN

BELAJAR DARI CERITA NAGASASRA DAN SABUK INTEN
Kali ini saya ingin berbagai informasi mengenai cerita silat karya SH.  Mintardja, dengan setting kerajaan Pajang pada masa pemerintahan Sultan Trenggana dan berjudul Nagasasra dan Sabuk inten. Cerita ini berkisah tentang perjuangan Mahesa Jenar untuk mendapatkan keris pusaka Nagasasra dan Sabuk Inten yang raib dicuri tokoh jahat dari gedung Istana. Mahesa Jenar merupakan seorang rangga dari pengawal raja yang mendapatkan gelar Rangga Tohjaya. Karena kakak seperguruannya terbunuh dalam sebuah pemberontakan, Mahesa Jenar menggundurkan diri dan memilih perjuangan lain bagi Pajang, menemukan kembali keris pusaka Nagasasra dan Sabuk Inten.

Dalam pengembaraannya, Mahesa Jenar berkenalan dengan Gajah Sora, kepala Tanah Perdikan Banyubiru dan bersama-sama berhasil merebut keris pusaka Nagasasra dan Sabuk Inten. Golongan hitam kemudian menyerang Banyubiru untuk merebut kembali kedua pusaka tersebut.  Pada saat itulah muncul tokoh yang dulunya berjuluk Pasingsingan sepuh, yang kemudian ternyata adalah Pangeran Buntara paman dari Sultan Trenggana yang telah keluar dari Istana dan menjadi seorang panembahan dan bernama Panembahan Ismaya. Kedua keris tersebut kemudian disimpan Panembahan Ismaya dan akan diserahkan apabila kondisi negara sudah aman.
Karena tidak berhasil mendapatkan kedua keris pusaka yang menjadi lambang kejayaan Pajang, para golongan hitam dengan dibantu adik Gajah Sora bernama Lembu Sora, memfitnah Gajah Sora dengan menyatakan bahwa Gajah Sora sengaja menyembunyikan kedua keris tersebut sebagai senjata untuk melakukan makar kepada Pajang. Sultan Trenggana kemudian mengirimkan pasukannya untuk menggempur Banyubiru dan merebut keris Nagasasra dan Sabuk inten. Pada saat kedua pasukan sudah berhadapan, timbul kesadaran pada diri Gajah Sora, bahwa sebagai kawula Pajang, tidak seharusnya dia melakukan perlawanan. Selain itu, perlawanan terhadap Pajang hanya akan akan menyengsarakan rakyatnya, karena tidak mungkin menang. Demi kepentingan Banyubiru dan rakyatnya, Gajah Sora kemudian menyerah tanpa perlawanan dan dibawa ke Pajang untuk dihukum penjara.
Sebelum menyerah, Gajah Sora memberikan amanah kepada Mahesa Jenar, agar mau menjadi guru, membimbing dan mempersiapkan anaknya yang bernama Arya Salaka yang kala itu berusia 13 untuk menjadi pribadi yang mulia dan tangguh agar kelak dapat memimpin Banyubiru dengan baik. Dari sinilah kemudian dimulai pengembaraan Mahesa Jenar untuk mendidik baik dalam olah kanuragan maupun kejiwaan dan spiritualitas Arya Salaka. Keduanya harus berpindah-pindah tempat dan bersembunyi dari pengejaran golongan hitam terutama dari Lembu Sora dan anaknya Sawung Sariti.
Perjuangan tak kenal lelah, penuh kesabaran dan pantang menyerah dari kedua orang tersebut, akhirnya berbuah manis. Mahesa Jenar berhasil menyempurnakan ilmu Sasra Birawa dalam bimbingan Kebo Kanigara, anak gurunya yang ditemui dalam pengembaraannya. Semua itu tidak terlepas dari peran Panembahan Ismaya yang ternyata selalu mengamati perkembangan kedua orang tersebut. Demikian pula Arya Salaka, karena perjuangan tak kenal lelah serta kesabaran dalam menelan segala hinaan dan celaan dari paman dan saudara sepupunya, berhasil menjadi pribadi yang mulia, kokoh, kuat, serta menguasai puncak ilmu yang diajarkan gurunya, yaitu Sasra Birawa. Seperti kebanyakan cerita yang lain, cerita ini berakhir bahagia. Mereka berhasil mengembalikan keris pusaka Nagasasra dan Sabuk inten sehingga Gajah Sora pun akhirnya dibebaskan.
Selain alur ceritanya menarik dengan setting sejarah kerajaan di Jawa, saya meraba beberapa pesan yang tersembunyi yang ingin disampaikan penulisnya melalui karakter tokoh-tokok dalam cerita tersebut. Pada diri Mahesa Jenar saya melihat pribadi yang bertanggung jawab, sehingga dengan jantan mengundurkan diri karena kesalahan yang diperbuat saudara seperguruannya. Mungkin ini jarang dilakukan para tokoh di negeri ini, yang selalu berusaha untuk mencari kambing hitam atas kesalahan yang diperbuatnya. Selain itu, Mahesa Jenar juga pantang menyerah dan memegang teguh amanah. Dia akan mengorbankan segalanya demi untuk melaksanakan amanah sahabatnya, dan berjuang sampai batas yang dimilikinya agar mampu memenuhi amanah tersebut.
Pada diri Gajah Sora, saya melihat pribadi yang setia terhadap negara dan selalu berbuat untuk kepentingan rakyat banyak. Suatu sikap yang juga jarang dimiliki para tokoh di negeri ini, yang hanya manis pada saat kampanye dan gampang melupakan rakyatnya ketika sudah menduduki jabatan. Pada diri Panembahan Ismaya, saya menemukan pribadi yang bijaksana, mempertimbangkan suatu masalah dengan cermat tanpa didasari kepentingan pribadi. Pada diri Arya Salaka saya membaca pribadi yang tegar dalam menghadapi masalah, tidak manja, dan mau berjuang keras untuk mencapai cita-citanya.

Secara keseluruhan, cerita ini membawa kesadaran bahwa segala sesuatu yang kita inginkan harus diperjuangkan dengan keras tanpa kenal lelah, dan tidak mudah menyerah, serta tidak lupa berdoa kepada Allah SWT yang menentukan segala sesuatunya. Semoga bermanfaat.

Berbagi Informasi
Berbagi Informasi Updated at: Senin, Desember 30, 2013

46 komentar:

  1. Setuju mas, perjuangan yang dilakukan dengan usaha yang masimal insaa Allah berhasil dengan bantuan doa, dan satu lagi, yang batil pasti akan kalah..

    Good story mas, banyak pelajaran yang bisa diambil

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali mas, banyak makna tersembunyi yang bisa dipetik untuk dijadikan pegangan hidup

      Hapus
  2. Balasan
    1. Iya mas, cuma harus meluangkan waktu karena serinya cukup banyak ..

      Hapus
  3. wah berbicara tentang keris nagasasra saya punya gambarnya n siap diposting nanti mas, tapi nagasasra yang ini adalah pusaka sumedang larang...apa mungkin sama gitu ya dengan keris nagasasra yang ada dalam cerita diatas ?? karena di sumedang larang dulu ada putri harisbaya yang menjadi ratu sumedang larang, ia adalah putri yang berasal dari pajang

    BalasHapus
    Balasan
    1. bisa jadi begitu kang WS coba telusuri lagi ach hehe

      Hapus
    2. Banyak kesamaan sebenarnya keris di Jawa Tengah, Jawa Timur dengan daerah Sunda, Nagasasra sendiri itu nama salah satu dapuran keris atau bentuk bilah keris, di pangkal ada tatahan bentuk naga dan kemudian tubuhnya memanjang sampai ujung keris

      Hapus
  4. bekerja keras selagi yang lain tertidur, itu ya Kang?

    BalasHapus
  5. Balasan
    1. Seru mas, banyak blog menyediakan secara gratis, saya juga hanya download di salah satu blog ..

      Hapus
  6. Hehe,
    Orang seperti di atas memang jarang di temui di dunia ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau sekarang ada, masuk museum mas, saking langkanya .. hehehe

      Hapus
  7. Lebih rela mengalah karena tidak ingin rakyat menjadi korban...itu yang patut di contoh para pemimpin sekarang ya mas sebab untuk saat ini justru rakyat sengsara untuk kepentingan atasan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali mbak, tapi mudah2an besok rezim yang baru tidak seperti itu ya .... berharap dot com ..

      Hapus
  8. Luar biasa mahesa jenar. sabar sekali menghadapi banyak cobaan.

    BalasHapus
  9. Baru dengar saya cerita tentang Nagasara ini, ternyata dari pulau jawa juga yaa, lumayan dapat pengetahuan baru :)

    BalasHapus
  10. Balasan
    1. Betul mas, perjuangan untuk meraih harapan dan cita-cita ..

      Hapus
    2. kang mas nazar...kliatan ngga baca-nya....;o)

      #sama....dengan sayah

      Hapus
  11. Komentar dulu deh :D baru baca :D hehehee :D
    Pffffttt... Terus apa yang di komentari kalo komentar dulu baru baca :3 Pfftt...
    Saya berkunjung balik bang



    Admin
    Cyber4rd.blogspot.com

    BalasHapus
  12. kalau semua pejabat sekarang seperti Mahesa Jenar sudah bisa dipastika dampaknya bagi rakyat Indonesia tercinta ini,,,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pasti....
      ngga ada ibu-ibu yang pada korupsi...kan Mahesa Jenar nya ganteng dan baik hati...loch?!

      Hapus
    2. malah gak sempat masak ya kang Hadi ..? hehehe

      Hapus
  13. sayangnya semua itu tinggal cerita mas, pemimpin jaman sekarang sudah jauh berbeda. mereka lebih mementingkan isi perut dan nafsu duniawi ketimbang mementingkan rakyatnya

    BalasHapus
  14. Kalau jaman sekarang di Indonesia orang kayak Mahesa Jenar sudah masuk museum saking langkanya .. hehehehe

    BalasHapus
  15. wah pelajaran yang sangat berharga ini ya mas, perlu dicontoh nich :)
    thanks atas share nya ya :)

    BalasHapus
  16. Artikel yang memberi kita motivasi untuk terus berjuang tanpa kenal menyerah dalam mencapai sesuatu, bisa dikatakan tentang ikhtiar karena harus tetap dibarengi dengan Doa. karena semua yang terjadi atas kehendak Allah swt :) Salam sukses

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali mas, ikhtiar tak kenal menyerah dan doa kuncinya

      Hapus
  17. bermanfaat bgt mas..banyak pelajaran yg bisa di ambil dari kisah diatas...maksih ya mas sudah berbagi :)

    BalasHapus
  18. walah kok saya malah baru tau tentang cerita naga suara ini ya mas.. terus selama ini saya kemana saja hahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin masalah hobby saja, kalau saya dasarnya suka komik .. hehehehe

      Hapus
  19. Selamat siang Mas Mohammad, nyimak sambil belajar dari cerita
    Nagasasra nih Mas saya baru denger cerita nya simak sampai habis deh
    Terima kasih sudah berbagi info dan Topik Cemerlang ini salam sukses :)

    BalasHapus
  20. blom sempet abis nih bacanya
    saya bookmark yh gan

    BalasHapus
  21. bukan rangga tohpati mas..tapi rangga tohjaya..hehehe
    saking fenomenalnya suporter PSIS semarang namanya laskar mahesa jenar..stadion bola di solo juga stadion manahan..manahan nama samarannya mahesa jenar..
    bahkan ada yang menganggap tokoh ini nyata..skalian nitip halaman tentang mahesa jenar monggo kl ada waktu silahkan mampir..
    http://nglengkong.blogspot.com/2012/04/mahesa-jenar-jagoan-tanah-jawa-antara.html

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe, iya saya salah tulis tuh, sudah lama banget bacanya, dulu ortu punya lengkap serinya, kalau saya senengnya baca di e-book ... hehehe

      Hapus
  22. semoga semakin menyadarkan kita semua untuk selalu berbuat baik, dan taat akan perintah Allah SWT. amiin

    BalasHapus

Terima Kasih Atas Kunjungannya
Harap berkomentar yang santun
dan tidak ada unsur SARA dan pornografi
Maaf, komentar dengan link aktif akan dihapus