Pada postingan terdahulu, telah diuraikan perjalanan dari kampung
Krapyak sampai dengan kraton tempat bersemayam Sri Sultan yang menggambarkan
fase-fase kehidupan manusia. Apabila perjalanan di teruskan ke utara maka
sampailah kita di Sitihinggil lor, di dalam Sitihinggil lor terdapat bangsal
Manguntur, jadi sebuah bangsal di dalam bangsal. Ini mempunyai arti bahwa di
dalam badan kita (wadag) ada roh atau jiwa. Manguntur tangkil sendiri berarti
tempat tinggi untuk anangkil, atau
mengheningkan cipta dan beribadah kepada Allah SWT. Sebelum sampai di
Sitihinggil lor terlebih dahulu kita melewati bangsal Witono yang berarti wiwitono
atau mulailah.
Tepat di muka Sitihinggil lor dan bangsal Manguntur
tangkil, terdapat sebuah bangunan yang bernama Tarub Hagung. Bangunan ini
terdiri dari 4 buah pilar besi dan mempunyai bentuk empat persegi. Bangunan ini
mengandung arti bahwa barang siapa yang suka beribadah dan bersujud kepada
Allah SWT, maka akan mendapatkan keagungan dan berkah dalam hidupnya.
Lurus ke utara, maka sampailah kita di Pegelaran, tempat
di mana patih dan bawahan lainnya "sowan"
atau duduk menunggu "dawuh"
atau perintah Sri Sultan. Gelar sendiri berarti terang benderang. Ini
mengandung arti bahwa orang yang sedang menjalankan ibadah kepada Allah SWT,
akan diberikan penerangan dalam hatinya.
Apabila kita meneruskan berjalan ke utara, maka tibalah
kita di alun-alun lor. Tempat ini menggambarkan suasana yang
"nglangut" suasana tanpa tepi, menggambarkan suasana yang khusuk
dalam menjalankan ibadah. Dua buah pohon beringin di tengah-tengah alun-alun
lor menggambarkan bahwa pada suasana yang sangat khusuk ketika beribadah,
seakan-akan kita terpisah dari diri kita sendiri dan lingkungan sekitar.
Tepat di utara dua buah pohon beringin terdapat sebuah
jalan simpang empat, yang menggambarkan godaan-godaan ketika kita menjalankan
ibadah. Ketika menjalankan ibadah, hendaknya kita tahan terhadap godaan, dan
tetap dalam keadaan khusuk, tidak boleh ke kanan maupun ke kiri tetapi lurus
terus ke tujuan kita.
Apabila kita terus berjalan ke utara melewati kantor Pos
dan benteng Vredenberg, tibalah kita di Pasar Beringharjo. Di Pasar Beringharjo
banyak segala hal yang menyenangkan, seperti makanan yang enak, minuman yang
menyegarkan, pakaian yang bagus-bagus, minyak wangi yang harum baunya. Selain
itu, di Pasar Beringharjo juga bisa ditemukan para pembeli dan penjual yang
berdandan cantik dan menarik. Ini menggambarkan godaan yang hebat dalam
perjalanan hidup manusia. Manusia dalam perjalanan hidupnya, harus tahan godaan
dan selalu ingat kepada Allah SWT.
Apabila kita terus berjalan ke utara melewati pertokoan,
maka kita akan sampai di Kepatihan. Tempat ini merupakan kantor gubernur dan
instansi Daerah Istimewa Yogyakarta. Patih adalah adalah pegawai tertinggi dari
Sri Sultan yang besar sekali kekuasaannya. Ini menggambarkan godaan dalam
kehidupan manusia berupa kekuasaan, derajat, pangkat, dan juga uang. Manusia
hendaknya dapat selalu ingat akan Allah SWT serta tidak menggunakan cara-cara
yang kotor dan tidak halal dalam mendapatkan itu semua.
Apabila kita terus berjalan ke utara melewati Stasiun
Tugu maka kita akan sampai di Tugu. Tugu merupakan simbol dari tempat Alif Mutakalliman Wakhid, bersatunya
kawula dan Gusti. Suatu suasana yang memberikan keyakinan mutlak, bahwa segala
sesuatu dapat terjadi karena kemauan dan izin dari Allah SWT. Tiada kekuasaan
selain datangnya dari Allah SWT.
Makna simbolik jalur Krapyak – Kraton – Tugu,
menggambarkan budaya leluhur yang adiluhung. Sebuah budaya yang perlu
diwariskan dari generasi ke generasi, sebagai pedoman kehidupan dan
spiritualitas manusia Jawa.
Banyak makna yang luhur dari jalur krapyak-kraton-tugu ini mas...menggambarkan perjalanan manusia yang akan menemukan hal-hal yg demikian nantinya...
BalasHapusBener mas ... hasil karya leluhur ...
Hapusprakarya dari nenek moyang, itu istilahnya
HapusSemoga warisan ini bisa di jaga dan diteruskan oleh generasi selanjutnya :)
BalasHapusBetul, nilai-nilai yang positif perlu untuk diwariskan dari generasi ke generasi
Hapusbener top markotop banget wong2 disit ya ...
HapusBelum pernah kesana kapan ya bisa kesana..hmm berdoa
BalasHapuskemaren yuk!
HapusDulu juga boleh ...
Hapusmanteep filsafate jan Rika temenan. kaya Ki Ageng Selo. Ehh..
BalasHapusMahesa jenar bae lah ...
HapusSimbol-simbol yang sangat 'luar biasa' arti atau maknanya sebagai pelajaran berharga dalam hidup ini. Leluhur kita dahulu begitu bijak, halus, dan santun dalam memberikan wejangannya yang seakan tiada luntur ditelan jaman. Hanya saja sudah sangat jarang yang memperhatikan hal ini. Padahal detail bangunan, tumbuhan, dan apapun yang ada disitu mengandung makna filosofis yang tinggi. Artikel ini telah membuka wawasan kita akan arti simbol-simbol yang ada di jalur Krapyak-Kraton-Tugu. Terima kasih sharingnya yang berbobot dan bermanfaat dalam membuka wawasan generasi muda utamanya dan masyarakat pada umumnya. Salam cemerlang!
BalasHapusSaya setuju mas, semua mempunyai makna pada jaman dahulu, sayang sekali generasi sekarang jarang yang tahu, dan ini perlu mendapatkan perhatian agar nilai-nilai budaya yang adiluhung bisa disosialisasikan
Hapus