Jumat, 20 Desember 2013

MAKNA SIMBOLIK JALUR KRAPYAK – KRATON – TUGU (2)

MAKNA SIMBOLIK JALUR KRAPYAK – KRATON – TUGU (2)

Pada postingan terdahulu, telah diuraikan perjalanan dari kampung Krapyak sampai dengan kraton tempat bersemayam Sri Sultan yang menggambarkan fase-fase kehidupan manusia. Apabila perjalanan di teruskan ke utara maka sampailah kita di Sitihinggil lor, di dalam Sitihinggil lor terdapat bangsal Manguntur, jadi sebuah bangsal di dalam bangsal. Ini mempunyai arti bahwa di dalam badan kita (wadag) ada roh atau jiwa. Manguntur tangkil sendiri berarti tempat tinggi untuk anangkil, atau mengheningkan cipta dan beribadah kepada Allah SWT. Sebelum sampai di Sitihinggil lor terlebih dahulu kita melewati bangsal Witono yang berarti wiwitono atau mulailah.

Tepat di muka Sitihinggil lor dan bangsal Manguntur tangkil, terdapat sebuah bangunan yang bernama Tarub Hagung. Bangunan ini terdiri dari 4 buah pilar besi dan mempunyai bentuk empat persegi. Bangunan ini mengandung arti bahwa barang siapa yang suka beribadah dan bersujud kepada Allah SWT, maka akan mendapatkan keagungan dan berkah dalam hidupnya.
Lurus ke utara, maka sampailah kita di Pegelaran, tempat di mana patih dan bawahan lainnya "sowan" atau duduk menunggu "dawuh" atau perintah Sri Sultan. Gelar sendiri berarti terang benderang. Ini mengandung arti bahwa orang yang sedang menjalankan ibadah kepada Allah SWT, akan diberikan penerangan dalam hatinya.
Apabila kita meneruskan berjalan ke utara, maka tibalah kita di alun-alun lor. Tempat ini menggambarkan suasana yang "nglangut" suasana tanpa tepi, menggambarkan suasana yang khusuk dalam menjalankan ibadah. Dua buah pohon beringin di tengah-tengah alun-alun lor menggambarkan bahwa pada suasana yang sangat khusuk ketika beribadah, seakan-akan kita terpisah dari diri kita sendiri dan lingkungan sekitar.
Tepat di utara dua buah pohon beringin terdapat sebuah jalan simpang empat, yang menggambarkan godaan-godaan ketika kita menjalankan ibadah. Ketika menjalankan ibadah, hendaknya kita tahan terhadap godaan, dan tetap dalam keadaan khusuk, tidak boleh ke kanan maupun ke kiri tetapi lurus terus ke tujuan kita.
Apabila kita terus berjalan ke utara melewati kantor Pos dan benteng Vredenberg, tibalah kita di Pasar Beringharjo. Di Pasar Beringharjo banyak segala hal yang menyenangkan, seperti makanan yang enak, minuman yang menyegarkan, pakaian yang bagus-bagus, minyak wangi yang harum baunya. Selain itu, di Pasar Beringharjo juga bisa ditemukan para pembeli dan penjual yang berdandan cantik dan menarik. Ini menggambarkan godaan yang hebat dalam perjalanan hidup manusia. Manusia dalam perjalanan hidupnya, harus tahan godaan dan selalu ingat kepada Allah SWT.
Apabila kita terus berjalan ke utara melewati pertokoan, maka kita akan sampai di Kepatihan. Tempat ini merupakan kantor gubernur dan instansi Daerah Istimewa Yogyakarta. Patih adalah adalah pegawai tertinggi dari Sri Sultan yang besar sekali kekuasaannya. Ini menggambarkan godaan dalam kehidupan manusia berupa kekuasaan, derajat, pangkat, dan juga uang. Manusia hendaknya dapat selalu ingat akan Allah SWT serta tidak menggunakan cara-cara yang kotor dan tidak halal dalam mendapatkan itu semua.
Apabila kita terus berjalan ke utara melewati Stasiun Tugu maka kita akan sampai di Tugu. Tugu merupakan simbol dari tempat Alif Mutakalliman Wakhid, bersatunya kawula dan Gusti. Suatu suasana yang memberikan keyakinan mutlak, bahwa segala sesuatu dapat terjadi karena kemauan dan izin dari Allah SWT. Tiada kekuasaan selain datangnya dari Allah SWT.
Makna simbolik jalur Krapyak – Kraton – Tugu, menggambarkan budaya leluhur yang adiluhung. Sebuah budaya yang perlu diwariskan dari generasi ke generasi, sebagai pedoman kehidupan dan spiritualitas manusia Jawa.

Berbagi Informasi
Berbagi Informasi Updated at: Jumat, Desember 20, 2013

13 komentar:

  1. Banyak makna yang luhur dari jalur krapyak-kraton-tugu ini mas...menggambarkan perjalanan manusia yang akan menemukan hal-hal yg demikian nantinya...

    BalasHapus
  2. Semoga warisan ini bisa di jaga dan diteruskan oleh generasi selanjutnya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, nilai-nilai yang positif perlu untuk diwariskan dari generasi ke generasi

      Hapus
    2. bener top markotop banget wong2 disit ya ...

      Hapus
  3. Belum pernah kesana kapan ya bisa kesana..hmm berdoa

    BalasHapus
  4. manteep filsafate jan Rika temenan. kaya Ki Ageng Selo. Ehh..

    BalasHapus
  5. Simbol-simbol yang sangat 'luar biasa' arti atau maknanya sebagai pelajaran berharga dalam hidup ini. Leluhur kita dahulu begitu bijak, halus, dan santun dalam memberikan wejangannya yang seakan tiada luntur ditelan jaman. Hanya saja sudah sangat jarang yang memperhatikan hal ini. Padahal detail bangunan, tumbuhan, dan apapun yang ada disitu mengandung makna filosofis yang tinggi. Artikel ini telah membuka wawasan kita akan arti simbol-simbol yang ada di jalur Krapyak-Kraton-Tugu. Terima kasih sharingnya yang berbobot dan bermanfaat dalam membuka wawasan generasi muda utamanya dan masyarakat pada umumnya. Salam cemerlang!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya setuju mas, semua mempunyai makna pada jaman dahulu, sayang sekali generasi sekarang jarang yang tahu, dan ini perlu mendapatkan perhatian agar nilai-nilai budaya yang adiluhung bisa disosialisasikan

      Hapus

Terima Kasih Atas Kunjungannya
Harap berkomentar yang santun
dan tidak ada unsur SARA dan pornografi
Maaf, komentar dengan link aktif akan dihapus