Bagi masyarakat
Jogja, jalur dari kampung Krapyak menuju kraton dan dari Tugu menuju Kraton
mungkin sudah biasa dilewati. Namun demikian, tidak semua orang Jogja
mengetahui makna simbolik dari pengaturan dan layout jalur-jalur tersebut.
Sayapun yang sudah puluhan tahun tinggal di Jogja baru akhir-akhir ini
mengetahuinya, setelah membaca buku "Arti Kraton Yogyakarta" karangan
KPH. Brongtodiningrat. Dari buku tersebut saya menyimpulkan bahwa jalur Krapyak
– Kraton – Tugu menggambarkan fase kehidupan dan perjalanan spiritual dalam
kehidupan manusia.
Perjalanan
kita dimulai dari kampung Krapyak (+ 3 km sebelah selatan dari Kraton).
Krapyak dahulu adalah sebuah podium untuk melihat dalam perburuan rusa. Krapyak
menggambarkan tempat asal roh. Di sebelah utara kampung Krapyak ada kampung
Mijen yang berasal dari kata wiji (benih) dan di sepanjang jalan ditumbuhi pohon asem
dan tanjung. Pohon asem dan tanjung menggambarkan kehidupan anak yang nengsemaken (menarik) serta disanjung-sanjung oleh orang tuanya.
Apabila
kita berjalan ke
utara, sebelum memasuki alun-alun selatan, sampailah kita di plengkung gading
atau plengkung nirbaya. Plengkung ini menggambarkan batas masa kanak-kanak dan
memasuki masa pubertas. Rupa dan tingkahnya masih nengsemaken (pohon asem) apalagi suka menghias diri (nata sinom).
Sinom adalah daun asem yang masih muda dan berwarna hijau muda.
Setelah
melewati plengkung gading maka + 200 m ke utara, sampailah kita di
alun-alun selatan. Di tengah alun-alun selatan terdapat 2 buah pohon beringin
yang bernama "wok" dari
kata "bewok". Pohon
tersebut menggambarkan bagian badan manusia yang paling rahasia, sehingga harus
dipagari dari batu bata. Jalur masuk ke alun-alun selatan sendiri ada 5 buah
jalan, menggambarkan panca indera kita. Setelah masuk ke komplek alun-alun maka
untuk menuju ke pohon beringin melewati jalan berpasir arti belum teratur atau
lepas satu sama lain. Ini menggambarkan kehidupan remaja mencari pasangan. Apa
yang ditangkap dengan panca indera belum teratur. Nanti pada saatnya apabila
sudah ada perhatian yang mantap, barulah menemukan keteraturan.
Di
sebelah utara tepat pohon beringin, terdapat sitihinggil kidul, sebuah tratag untuk beristirahat.
Tempat ini sejuk, sehingga beristirahat di tempat ini terasa aman, tentram,
senang, dan bahagia. Ini menggambarkan rasa dari pemuda-pemudi yang sedang
dilanda asmara. Di tengah-tengah sitihinggil kidul dahulu ada pendoponya dan di
tengah-tengah lantai ada selogilang, tempat singgasana Sri Sultan. Kanan kiri
selogilang dahulu duduk para kerabat dan abdi dalem, pria dan wanita menghormat
Sri Sultan. Ini menggambarkan pemuda-pemudi yang bersanding di kursi temanten.
Pohon-pohon yang ditanam di tempat ini adalah pohon mangga cempora serta soka.
Kedua pohon ini mempunyai bunga yang halus panjang berkumpul menjadi satu, ada
yang merah dan ada yang putih. Ini menggambarkan bercampurnya benih laki-laki
dan perempuan.
Kalau
kita melanjutkan perjalanan ke utara, sampailah di halaman bangsal kemandungan.
Di sini ditanam pohon kepel, pelem (mangga), cengkir gading, serta jambu
dersono. Menggambarkan benih dalam kandungan. Pohon pelem menggambarkan pada gelem atau atas kemauan bersama. Jambu
dersono menggambarkan kadersan ing sesama, atau diliputi kasih sayang satu sama
lain. Adapun cengkir gading biasanya digunakan pada upacara "mitoni"
atau syukuran tujun bulan kandungan pada masyarakat Jawa. Di sebelah kanan dan
kiri bangsal kemandungan terdapat jalan kecil yang menuju ke kanan dan kiri.
Ini menggambarkan adanya pengaruh negatif yang dapat mengganggu pertumbuhan
janin.
Apabila
diteruskan perjalanan ke utara sampailah di Kemagangan
dan di sebelah kanan dan kirinya terdapat
dapur keraton Gebulen dan Sekullanggen. Jalan di Kemagangan menyempit dan
kemudian melebar dan terang benderang. Ini menggambarkan bayi yang lahir dengan
selamat menjadi magang (calon) manusia yang berguna. Adanya dapur keraton
menunjukkan bahwa bayi tersebut dipelihara dengan baik oleh orang tuanya. Jalan yang ada di sebelah kanan dan kiri Kemagangan menggambarkan bahwa dalam
perjalanan hidup bayi tersebut nantinya ada pengaruh positif dan negatif dari
lingkungan, sehingga menjadi tugas orang tua untuk mendidik dan mengarahkan
anak menuju cita-citanya yang mulia.
Perjalan yang diuraikan di atas menunjukkan fase-fase
kehidupan manusia. Apabila diteruskan lagi, akan didapatkan makna-makna perjalanan
spiritual manusia, dan dapat dibaca di sini.
Walopun saya belum pernah kesana setidaknya ada gambaran dari postingan ini mas..
BalasHapusaku yang sering kesana juga ga ngerti, om...
Hapusheheh
aku juga nembe ngerti, gara2 nemu buku nylempit nang perpus
HapusWah ..tak tunggu bagian 2 ne Kang ..
HapusOk deh
Hapussaya belum pernah ke sana mas, tapi terimakasih buat infonya, siapa tau nanti saya kesana gak celingukan
BalasHapuskalau mang Yono celingukan, mesti karena lihat cewek bohay .. hehehehe
HapusNek boso jowone .. tonga tongo ... Xixixix...
Hapussama-sama mas ..
BalasHapusitu matanya di tutup kenapa ya Mas? apa takut orang itu tau penculiknya ya..xixixi
BalasHapusitu sengaja ditutup biar gak ngikut ...
HapusMemang banyak sekali makna yang tersirat dari Yogyakarta ... sy tunggu bagian 2 nya mas ...
BalasHapusbagian 2 sudah diposting kok mas ..
HapusKang, enyong wis tau bisa lho mlaku antara dua beringin kae. top ya
BalasHapustapi karo nginjen
Hapusditunggu mas bagian 2 nya ;) hokeey
BalasHapusOk
Hapusbaru sekali ke Jogja, tapi belum berkunjung ke tempat ini...nanti deh kalo balik lagi, bakalan ke sini sekalian kunjungi yang punya blog ini hehehe :D
BalasHapusini khan sudah dekat liburan to mbak ..
Hapusfilosofis banget, ternyata ada penjabarannya
BalasHapuspohon wok itu toh..:)
ternyata pohon wok dicermati ya kang ... hehehehe
HapusLuar biasa! Leluhur kita dahulu begitu halus dan bijak dalam memberikan 'pelajaran tentang arti kehidupan' ini. Segala sesuatunya dirancang dengan teliti, cermat, dan mengandung makna sebagai pelajaran yang tersirat bagi kita. Hal ini perlu disosialisasikan utamanya kepada generasi muda Indonesia. Akan lebih menarik, bila memungkinkan, bila dilengkapi dengan denahnya. Artikel yang menarik. Terima kasih sharing dan motivasinya. Salam cemerlang!
BalasHapusBetul banget mas Herdoni ...
Hapus