Sumber |
Setelah beberapa
hari disibukkan dengan mengantar adik dan keponakan liburan di Jogja, dan aktivitas
mengganti template blog Berbagi Informasi untuk penyegaran, entah kenapa pagi
tadi ada keinginan untuk sarapan bubur ayam. Sepulang dari mengantar anak
sekolah, segera saya bergegas menuju tempat jualan bubur ayam langganan di
Madukismo. Namun sayang, si penjual bubur ayam tidak jualan, sehingga dengan
agak kecewa saya pulang ke rumah dengan tangan hampa.
Entah kenapa, tiba-tiba saya teringat satu cerita yang diceritakan ibu
ketika saya masih kecil. Ceritanya mengenai seorang pangeran yang sakti
mandraguna tetapi sombong. Suatu hari, pangeran meminta ijin kepada ayahandanya
untuk menaklukkan kerajaan tetangga. Ayahandanya memerintahkan pangeran untuk membawa
500 prajurit. Namun, pangeran yang sombong tersebut mengatakan bahwa ia cukup membawa
50 orang prajurit saja. Pangeran yakin, dengan kesaktiannya, dia tidak membutuhkan
banyak prajurit untuk menaklukkan kerajaan yang kecil wilayahnya.
Singkat cerita, terjadilah pertempuran antara pangeran dan 50
prajuritnya melawan prajurit dari kerajaan tetangga yang jumlahnya jauh lebih
banyak. Dengan kesaktiannya, pangeran mampu membunuh puluhan prajurit. Namun,
karena kalah jumlah, semua prajuritnya gugur dan tinggal dia seorang diri
dikeroyok oleh ratusan prajurit. Pangeran menjadi kelelahan, dan tubuhnya penuh
luka karena sabetan pedang dan tusukan tombak. Tiada jalan lain, pangeran terpaksa
melarikan diri masuk ke dalam hutan.
Dengan langkah gontai karena kelelahan dan luka-luka yang diderita,
pangeran itu terus berjalan memasuki hutan untuk menghindari pengejaran pasukan
kerajaan, hingga sampailah dia di sebuah rumah gubug yang reot. Ketika pintu di
ketuk, keluarlah seorang wanita tua renta yang berwajah lembut.
Wanita tua itu, kemudian memapah pangeran, mendudukkan di sebuah bangku
bambu panjang, serta membersihan dan mengobati luka-lukanya. Selanjutnya,
wanita itu menyuguhkan semangkuk bubur yang masih panas. Karena kelaparan,
pangeran menyantap bubur itu dengan lahap dan tergesa-gesa, sehingga kepanasan.
Melihat hal itu, wanita tua itu tersenyum dan berkata "Pangeran sebaiknya
menyantap bubur itu dari pinggir dan kemudian baru menyantap bagian tengah".
Pangeran mengikuti anjuran wanita tua itu, dan ternyata dia tidak kepanasan
lagi. Hal ini memberikannya kesadaran bahwa tindakannya salah dengan langsung menyerang
pusat kekuatan kerajaan tetangga. Seharusnya dia lebih dahulu menghancurkan
prajurit-prajurit di luar pusat kekuatan pasukan kerajaan.
Ketika dahulu pertama kali mendengar cerita itu, belum terpikirkan makna
yang terkandung di dalamnya. Baru, setelah dewasa saya mengetahui makna dari
cerita tersebut. Cerita tersebut memberikan pelajaran bahwa untuk mencapai tujuan
yang besar, harus dimulai dari hal-hal yang kecil yang bisa memuluskan jalan ke
tujuan yang besar tersebut. Sebagai ilustrasi, bagi para blogger tentu
mempunyai tujuan agar blognya menghasilkan uang. Agar tercapai tujuannya, maka
dia akan mengupayakan agar blognya mempunyai SEO yang baik dan juga mempunyai
traffic yang tinggi. Setelah itu, baru dia berupaya agar blognya menghasilkan
uang.
Makna dari cerita itu sama dengan apa yang diungkapkan John Naisbitt
dalam bukunya yang terkenal "Global Paradox", think globally, act locally. Berpikir secara global, dan bertindak
secara lokal untuk mencapai tujuan yang global. Apabila dilihat periode
waktunya buku Global Paradox dirilis tahun 1990-an, sedangkan saya jelas
mendengarkan cerita dari ibu saya sebelum itu.
Apabila melihat hal ini, maka bisa disimpulkan bahwa filosofi kearifan
lokal dari budaya Indonesia, lebih maju dari budaya barat. Jadi, apabila mau
berpikir dan kembali menggali nilai-nilai budaya dan kearifan lokal, kita tidak
perlu berkiblat pada dunia barat. Pada era globalisasi ini, sebaiknya kita
berperilaku "ngeli tapi ora keli"
(mengikuti tetapi tidak hanyut). Boleh kita mengikuti perkembangan jaman, perkembangan
budaya, tetapi kita tidak boleh kehilangan jati diri kita yang sudah dibentuk
oleh leluhur kita.
== semoga bermanfaat ==
cerita yang menarik pak
BalasHapusapalagi pada bagian terakhir
nice artikel
Memang banyak makna bisa dipetik dari cerita-cerita tradisional. Cerita itu sendiri lamat-lamat masih saya inget sampai sekarang, dan setelah dewasa baru saya sadar tentang makna dari cerita tersebut
Hapusyes.. keren ceritanya.. SEO is the best
BalasHapushehehe, SEO memang bisa meningkatkan traffic ya mas ..., tapi saya sendiri kadang gak paham cara meningkatkan SEO .. hehe
Hapusnice pos mas salam kenal dan semoga makin sukses kunjugan balik y
BalasHapusMakasih mas Handri Setiawan, semoga bisa bermanfaat ya ..
Hapusbenar sekali mas, kita boleh saja kalau hanya sekedar mengikuti budaya barat asalkan jangan melupakan budaya kita sendiri :)
BalasHapusBetul mbak, mau gak mau budaya sendiri itu merupakan identitas kita sebagai orang Indonesia ..
Hapuswah saya belajar banyak nih mas dari cerita ini, supaya kita bisa berhasil kita harus belajar dari hal-hal yang kecil dulu, makasih sharingnya mas :)
BalasHapusBetul mas, sebelum mencapai hal besar, terlebih dahulu dimulai dari hal-hal kecil yang tentu saja masih berkaitan dengan hal-hal besar yang menjadi tujuan akhir ..
Hapusiya mas kita juga harus sabar dan jangan terburu-buru supaya kita bisa meraih apa yang kita harapkan, makasih mas :)
HapusMas Is, kalau makan bubur panas, enaknya pakai suru (sendok dari daun pisang dilipat)...aromanya makin wangi...dan betul, dimulai dari pinggir---itu kata embah saya, setelah embah sedo...jaraaaaang banget makan bubur buatan rumah.
BalasHapusthink globally, act locally--- saya mulai dari membaca artikel Mas Is dulu deh
bubur madukismo, sebelah mananya perempatan Mas?
HapusSebelah barat perempatan mbak, deket banget dari perempatan, di depan TK Madukismo, cuma pake gerobag jualannya ..
HapusKreatif ni :)
BalasHapusYang kreatif yang dulu bikin cerita ini mas .. hehehe
Hapusseneng rasa'a liat orang yg masa kecil'a di ceritain dongeng2..
BalasHapusane baca2 dulu deh. coz blm habis ni baca'a... :D
Monggo silahkan dibaca mas, apa dahulu mas Yazid gak pernah dibacakan cerita sama orang tua ..?
Hapussaya lupa mas.. kaya'a si pernah.. cuma ga sering aja .. hee
Hapusmungkin harus meniru jepang, mereka menjadi negara maju tanpa meninggalkan budayanya
BalasHapusSepakat banget, semenjak restorasi Meiji memang Jepang banyak belajar dari barat, tetapi mereka juga tetap mempertahankan budaya lokal ..
Hapusuntung saya makan buburnya selalu dari mangkok mas hehe *nghenk
BalasHapussetuju sekali, sebenarnya filosofi bangsa kita, yg didalamnya trdapat banyak budaya dari suku bangsa berbeda2 sangat jauh lebih berkembang dari budaya barat...
tapi knapa kita selalu mengekor ya.
Menurut saya karena sekarang banyak yang tidak kenal budaya sendiri dan menganggap budaya dari luar lebih baik. Barangkali peran media juga cukup besar. Mereka jarang mensosialisasikan budaya sendiri dan lebih banyak mensosialisasikan budaya2 dari luar ..
Hapuswah cukup menarik kisahnya gan, :) :D
BalasHapusdi tunggu kisah selanjutnya. :D
Wah, berarti saya bakat jadi tukang cerita ya mas .. hehehe
HapusFilosofi yg menarik. Saya juga tdk terpikir ttg hal itu.
BalasHapusSaya pernah membaca buku "Strategi 3 Kerajaan" yg membahas ttg teknik2 perang jaman dinasti2 dulu. Namun jika kita bs mengerti, teknik itu trnyata bs pula diterapkan dlm hal yg pekerjaan, berdagang, dll.
Wah, saya malah belum sempat baca buku itu, besok saya cari mas Pri, barangkali bisa bermanfaat buat saya ..
Hapussama seperti anjuran nabi Muhammad kalau makan dari pinggir dulu lalu tengahnya. filosofis banget mas is, kalau mau menang ya harus mengalahkan yang kecil kecil dulu baru yang besar, seperti main game kan nanti akhirnya ketemu rajanya.hehehehe
BalasHapusYa mungkin seperti itu ya mas .., kayaknya suka nge-game ya .. hehe
Hapusngegame pakai gembot mas is, hehehe
HapusDari bubur saja bisa menjadi pelajaran buat kita ya.. Ya biasanya kita selalu tidak sabaran jadi meremehkan hal-hal kecil dulu yang harus kita lakukan.
BalasHapusBetul mas, memang sebelum menuju ke yang besar, dimulai dari yang kecil dulu, tapi yang berhubungan dengan hal yang besar tersebut ..
HapusArtikel yang menarik mas, semoga kita bisa mengambil hikmah dari topik pembahasan di atas
BalasHapusAmiin, semoga bisa menjadi hikmah buat kita semua ..
Hapusamiin
HapusPetuah, tutur kata, atau 'pelajaran hidup' dari para Leluhur kita dahulu begitu 'hebat' kandungan isinya. Hanya terkadang disamarkan dengan simbol-simbol atau lambang yang terkadang maknanya atau artinya kita belum tahu. Bila 'dikupas' satu persatu baru menjadi jelas atau gamblang. Ulasan yang menarik. Semoga generasi muda lebih banyak lagi yang 'belajar dan mencermati hal-hal seperti ini'. Salam cemerlang!
BalasHapusBetul sekali mas, biasanya orang jaman dahulu memang senang dengan simbol-simbol untuk memberikan petuah. Tugas kita adalah mengungkapkannya sehingga petuah itu bisa diambil manfaatnya ..
HapusBanyak pemebelaaran yang bisa di dapat dari cerita pangeran dan bubur ini ya Kang.
BalasHapusSalam
Betul, ada makna yang terselubung di dalamnya ..
Hapuswow, kereen bgt mas filosofinya, aku suka bgt dgn ceritanya..
BalasHapusmemang bnr, ibarat pepatah Jerman mengatakan, "alon-alon sing penting kelakon"
hehe... :D
Bukannya alon-alon penting ngebut ..
Hapusrem pol gas blong .. hehehe
maknanya memang dalam sekali mas dan memang benar secara nyata saja apabila kita makan bubur yang masih panas kita harus mengambilnya dari pinggir...kadang kalau kita punya tujuan besar hal kecil selalu disepelekan yang akhirnya membuat kita gagal
BalasHapusBetul mbak, itu intinya ..
Hapuswaw saya menyimak terus saja, memang harus mengikuti perkembangan budaya tapi jangan hanyut terbawa perkemabangannya.
BalasHapusBetul banget mas, ibaratnya ngeli tapi ora keli ..
Hapussaya malah gak paham mas dengan kalimat itu, gak ngerti artinya hehehehe
Hapusitu artinya hanyut tapi tidak terhanyut ..
Hapusdari cerita pangeran dan bubur yang dijelaskan diatas, bisa dijadikan pelajaran sekaligus pembelajaran untuk kita semua ya mas. Menarik sekali artikel nya. Terimakasih atas share nya :)
BalasHapusSama-sama mbak, mudah-mudahan ada hikmah yang bisa dipetik ..
HapusOke bisa di mengerti. semua kesuksesan berawal dari perlahan-lahan ya.gak boleh langsung serudak-seruduk :D sama seperti ngeblog...
BalasHapusKalau nyeruduk ntar mirip banteng hehe
HapusKalau gak ada kain merah gak nyruduk kok mas .. hehehe
Hapusfrom zero to hero gitu yia bos, hehehe....
BalasHapusBarangkali hasilnya seperti itu .. hehe
HapusInspirasi yg luar biasa....
BalasHapusMaknanya dalam....
Keren mas..
Makasih mas, makasih juga sudah berkunjung ..
HapusNgeli tapi tidak geli, mengikuti tapi tidak terbawa hanyut.
BalasHapusKalau anak sekarang nyebur sudah pasti hanyut mas hehehe
Kalau airnya diam pasti gak hanyut mas, tapi tenggelam .. hehe
Hapussebuah filosofi yang hebat, dari semangkuk bubur yang panas bisa menghasilkan pelajaran yang sangat berguna
BalasHapuskayaknya ada filosofi lainnya..tpi sy lupa je
HapusBarangkali bisa disharing lagi filosofinya kang Zeer .. biar tambah greget .. hehehe
Hapuswah kalau ke jogja mbok mampir di kulon progo...tpt saya :)
BalasHapusLha, saya tinggalnya di Jogja kang Zeer, di Tamantirto, ringroad selatan ..
Hapusenak kayaknya buburnya mas
BalasHapusApalagi kalau dimakannya pas lagi lapar mas Valentino .. hehehe
Hapusluar biasa mas cerita nya. Sangat menginspirasi kita semua. Terimakasih atas share nya ya ;)
BalasHapusSama-sama mbak, semoga ada manfaatnya khususnya bagi saya dan juga bagi teman-teman semua ..
Hapuskunjungan perdana mas,,
BalasHapussalam kenal
Mampir lagi, mas. Belum ada update nih?
BalasHapussetiap kisah cerita pasti ada hikmah dan pelajaran serta pengalaman yang bisa dipetik dari cerita tersebut ya mas. Luar biasa. Keep spirit and happy blogging always :)
BalasHapusMengikuti tapi gak hanyut
BalasHapusSemoga demikian ya mas
Cerita yang hikmah
BalasHapusHatipun kehibur
Saya jadi betah
Karena baca alur
ngeli tapi ora keli.
BalasHapusmoga2 ora ketemu kali sing kaya kali serayu nek lagi banjir ya kang, hehe
Kisah yang mengena dan sarat pelajaran...
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus