Selasa, 04 Februari 2014

CERITA PANGERAN DAN BUBUR

Cerita Pangeran dan Bubur
Sumber
Setelah beberapa hari disibukkan dengan mengantar adik dan keponakan liburan di Jogja, dan aktivitas mengganti template blog Berbagi Informasi untuk penyegaran, entah kenapa pagi tadi ada keinginan untuk sarapan bubur ayam. Sepulang dari mengantar anak sekolah, segera saya bergegas menuju tempat jualan bubur ayam langganan di Madukismo. Namun sayang, si penjual bubur ayam tidak jualan, sehingga dengan agak kecewa saya pulang ke rumah dengan tangan hampa.

Entah kenapa, tiba-tiba saya teringat satu cerita yang diceritakan ibu ketika saya masih kecil. Ceritanya mengenai seorang pangeran yang sakti mandraguna tetapi sombong. Suatu hari, pangeran meminta ijin kepada ayahandanya untuk menaklukkan kerajaan tetangga. Ayahandanya memerintahkan pangeran untuk membawa 500 prajurit. Namun, pangeran yang sombong tersebut mengatakan bahwa ia cukup membawa 50 orang prajurit saja. Pangeran yakin, dengan kesaktiannya, dia tidak membutuhkan banyak prajurit untuk menaklukkan kerajaan yang kecil wilayahnya.

Singkat cerita, terjadilah pertempuran antara pangeran dan 50 prajuritnya melawan prajurit dari kerajaan tetangga yang jumlahnya jauh lebih banyak. Dengan kesaktiannya, pangeran mampu membunuh puluhan prajurit. Namun, karena kalah jumlah, semua prajuritnya gugur dan tinggal dia seorang diri dikeroyok oleh ratusan prajurit. Pangeran menjadi kelelahan, dan tubuhnya penuh luka karena sabetan pedang dan tusukan tombak. Tiada jalan lain, pangeran terpaksa melarikan diri masuk ke dalam hutan.

Dengan langkah gontai karena kelelahan dan luka-luka yang diderita, pangeran itu terus berjalan memasuki hutan untuk menghindari pengejaran pasukan kerajaan, hingga sampailah dia di sebuah rumah gubug yang reot. Ketika pintu di ketuk, keluarlah seorang wanita tua renta yang berwajah lembut.  

Wanita tua itu, kemudian memapah pangeran, mendudukkan di sebuah bangku bambu panjang, serta membersihan dan mengobati luka-lukanya. Selanjutnya, wanita itu menyuguhkan semangkuk bubur yang masih panas. Karena kelaparan, pangeran menyantap bubur itu dengan lahap dan tergesa-gesa, sehingga kepanasan. Melihat hal itu, wanita tua itu tersenyum dan berkata "Pangeran sebaiknya menyantap bubur itu dari pinggir dan kemudian baru menyantap bagian tengah". Pangeran mengikuti anjuran wanita tua itu, dan ternyata dia tidak kepanasan lagi. Hal ini memberikannya kesadaran bahwa tindakannya salah dengan langsung menyerang pusat kekuatan kerajaan tetangga. Seharusnya dia lebih dahulu menghancurkan prajurit-prajurit di luar pusat kekuatan pasukan kerajaan.

Ketika dahulu pertama kali mendengar cerita itu, belum terpikirkan makna yang terkandung di dalamnya. Baru, setelah dewasa saya mengetahui makna dari cerita tersebut. Cerita tersebut memberikan pelajaran bahwa untuk mencapai tujuan yang besar, harus dimulai dari hal-hal yang kecil yang bisa memuluskan jalan ke tujuan yang besar tersebut. Sebagai ilustrasi, bagi para blogger tentu mempunyai tujuan agar blognya menghasilkan uang. Agar tercapai tujuannya, maka dia akan mengupayakan agar blognya mempunyai SEO yang baik dan juga mempunyai traffic yang tinggi. Setelah itu, baru dia berupaya agar blognya menghasilkan uang.

Makna dari cerita itu sama dengan apa yang diungkapkan John Naisbitt dalam bukunya yang terkenal "Global Paradox", think globally, act locally. Berpikir secara global, dan bertindak secara lokal untuk mencapai tujuan yang global. Apabila dilihat periode waktunya buku Global Paradox dirilis tahun 1990-an, sedangkan saya jelas mendengarkan cerita dari ibu saya sebelum itu.

Apabila melihat hal ini, maka bisa disimpulkan bahwa filosofi kearifan lokal dari budaya Indonesia, lebih maju dari budaya barat. Jadi, apabila mau berpikir dan kembali menggali nilai-nilai budaya dan kearifan lokal, kita tidak perlu berkiblat pada dunia barat. Pada era globalisasi ini, sebaiknya kita berperilaku "ngeli tapi ora keli" (mengikuti tetapi tidak hanyut). Boleh kita mengikuti perkembangan jaman, perkembangan budaya, tetapi kita tidak boleh kehilangan jati diri kita yang sudah dibentuk oleh leluhur kita.


== semoga bermanfaat ==




Berbagi Informasi
Berbagi Informasi Updated at: Selasa, Februari 04, 2014

76 komentar:

  1. cerita yang menarik pak
    apalagi pada bagian terakhir

    nice artikel

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang banyak makna bisa dipetik dari cerita-cerita tradisional. Cerita itu sendiri lamat-lamat masih saya inget sampai sekarang, dan setelah dewasa baru saya sadar tentang makna dari cerita tersebut

      Hapus
  2. yes.. keren ceritanya.. SEO is the best

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe, SEO memang bisa meningkatkan traffic ya mas ..., tapi saya sendiri kadang gak paham cara meningkatkan SEO .. hehe

      Hapus
  3. nice pos mas salam kenal dan semoga makin sukses kunjugan balik y

    BalasHapus
  4. benar sekali mas, kita boleh saja kalau hanya sekedar mengikuti budaya barat asalkan jangan melupakan budaya kita sendiri :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mbak, mau gak mau budaya sendiri itu merupakan identitas kita sebagai orang Indonesia ..

      Hapus
  5. wah saya belajar banyak nih mas dari cerita ini, supaya kita bisa berhasil kita harus belajar dari hal-hal yang kecil dulu, makasih sharingnya mas :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mas, sebelum mencapai hal besar, terlebih dahulu dimulai dari hal-hal kecil yang tentu saja masih berkaitan dengan hal-hal besar yang menjadi tujuan akhir ..

      Hapus
    2. iya mas kita juga harus sabar dan jangan terburu-buru supaya kita bisa meraih apa yang kita harapkan, makasih mas :)

      Hapus
  6. Mas Is, kalau makan bubur panas, enaknya pakai suru (sendok dari daun pisang dilipat)...aromanya makin wangi...dan betul, dimulai dari pinggir---itu kata embah saya, setelah embah sedo...jaraaaaang banget makan bubur buatan rumah.

    think globally, act locally--- saya mulai dari membaca artikel Mas Is dulu deh

    BalasHapus
    Balasan
    1. bubur madukismo, sebelah mananya perempatan Mas?

      Hapus
    2. Sebelah barat perempatan mbak, deket banget dari perempatan, di depan TK Madukismo, cuma pake gerobag jualannya ..

      Hapus
  7. seneng rasa'a liat orang yg masa kecil'a di ceritain dongeng2..
    ane baca2 dulu deh. coz blm habis ni baca'a... :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Monggo silahkan dibaca mas, apa dahulu mas Yazid gak pernah dibacakan cerita sama orang tua ..?

      Hapus
    2. saya lupa mas.. kaya'a si pernah.. cuma ga sering aja .. hee

      Hapus
  8. mungkin harus meniru jepang, mereka menjadi negara maju tanpa meninggalkan budayanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepakat banget, semenjak restorasi Meiji memang Jepang banyak belajar dari barat, tetapi mereka juga tetap mempertahankan budaya lokal ..

      Hapus
  9. untung saya makan buburnya selalu dari mangkok mas hehe *nghenk
    setuju sekali, sebenarnya filosofi bangsa kita, yg didalamnya trdapat banyak budaya dari suku bangsa berbeda2 sangat jauh lebih berkembang dari budaya barat...
    tapi knapa kita selalu mengekor ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurut saya karena sekarang banyak yang tidak kenal budaya sendiri dan menganggap budaya dari luar lebih baik. Barangkali peran media juga cukup besar. Mereka jarang mensosialisasikan budaya sendiri dan lebih banyak mensosialisasikan budaya2 dari luar ..

      Hapus
  10. wah cukup menarik kisahnya gan, :) :D
    di tunggu kisah selanjutnya. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, berarti saya bakat jadi tukang cerita ya mas .. hehehe

      Hapus
  11. Filosofi yg menarik. Saya juga tdk terpikir ttg hal itu.

    Saya pernah membaca buku "Strategi 3 Kerajaan" yg membahas ttg teknik2 perang jaman dinasti2 dulu. Namun jika kita bs mengerti, teknik itu trnyata bs pula diterapkan dlm hal yg pekerjaan, berdagang, dll.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, saya malah belum sempat baca buku itu, besok saya cari mas Pri, barangkali bisa bermanfaat buat saya ..

      Hapus
  12. sama seperti anjuran nabi Muhammad kalau makan dari pinggir dulu lalu tengahnya. filosofis banget mas is, kalau mau menang ya harus mengalahkan yang kecil kecil dulu baru yang besar, seperti main game kan nanti akhirnya ketemu rajanya.hehehehe

    BalasHapus
  13. Dari bubur saja bisa menjadi pelajaran buat kita ya.. Ya biasanya kita selalu tidak sabaran jadi meremehkan hal-hal kecil dulu yang harus kita lakukan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mas, memang sebelum menuju ke yang besar, dimulai dari yang kecil dulu, tapi yang berhubungan dengan hal yang besar tersebut ..

      Hapus
  14. Artikel yang menarik mas, semoga kita bisa mengambil hikmah dari topik pembahasan di atas

    BalasHapus
  15. Petuah, tutur kata, atau 'pelajaran hidup' dari para Leluhur kita dahulu begitu 'hebat' kandungan isinya. Hanya terkadang disamarkan dengan simbol-simbol atau lambang yang terkadang maknanya atau artinya kita belum tahu. Bila 'dikupas' satu persatu baru menjadi jelas atau gamblang. Ulasan yang menarik. Semoga generasi muda lebih banyak lagi yang 'belajar dan mencermati hal-hal seperti ini'. Salam cemerlang!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali mas, biasanya orang jaman dahulu memang senang dengan simbol-simbol untuk memberikan petuah. Tugas kita adalah mengungkapkannya sehingga petuah itu bisa diambil manfaatnya ..

      Hapus
  16. Banyak pemebelaaran yang bisa di dapat dari cerita pangeran dan bubur ini ya Kang.

    Salam

    BalasHapus
  17. wow, kereen bgt mas filosofinya, aku suka bgt dgn ceritanya..
    memang bnr, ibarat pepatah Jerman mengatakan, "alon-alon sing penting kelakon"
    hehe... :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukannya alon-alon penting ngebut ..
      rem pol gas blong .. hehehe

      Hapus
  18. maknanya memang dalam sekali mas dan memang benar secara nyata saja apabila kita makan bubur yang masih panas kita harus mengambilnya dari pinggir...kadang kalau kita punya tujuan besar hal kecil selalu disepelekan yang akhirnya membuat kita gagal

    BalasHapus
  19. waw saya menyimak terus saja, memang harus mengikuti perkembangan budaya tapi jangan hanyut terbawa perkemabangannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul banget mas, ibaratnya ngeli tapi ora keli ..

      Hapus
    2. saya malah gak paham mas dengan kalimat itu, gak ngerti artinya hehehehe

      Hapus
    3. itu artinya hanyut tapi tidak terhanyut ..

      Hapus
  20. dari cerita pangeran dan bubur yang dijelaskan diatas, bisa dijadikan pelajaran sekaligus pembelajaran untuk kita semua ya mas. Menarik sekali artikel nya. Terimakasih atas share nya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama mbak, mudah-mudahan ada hikmah yang bisa dipetik ..

      Hapus
  21. Oke bisa di mengerti. semua kesuksesan berawal dari perlahan-lahan ya.gak boleh langsung serudak-seruduk :D sama seperti ngeblog...

    BalasHapus
  22. from zero to hero gitu yia bos, hehehe....

    BalasHapus
  23. Inspirasi yg luar biasa....
    Maknanya dalam....
    Keren mas..

    BalasHapus
  24. Ngeli tapi tidak geli, mengikuti tapi tidak terbawa hanyut.

    Kalau anak sekarang nyebur sudah pasti hanyut mas hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau airnya diam pasti gak hanyut mas, tapi tenggelam .. hehe

      Hapus
  25. sebuah filosofi yang hebat, dari semangkuk bubur yang panas bisa menghasilkan pelajaran yang sangat berguna

    BalasHapus
    Balasan
    1. kayaknya ada filosofi lainnya..tpi sy lupa je

      Hapus
    2. Barangkali bisa disharing lagi filosofinya kang Zeer .. biar tambah greget .. hehehe

      Hapus
  26. wah kalau ke jogja mbok mampir di kulon progo...tpt saya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lha, saya tinggalnya di Jogja kang Zeer, di Tamantirto, ringroad selatan ..

      Hapus
  27. Balasan
    1. Apalagi kalau dimakannya pas lagi lapar mas Valentino .. hehehe

      Hapus
  28. luar biasa mas cerita nya. Sangat menginspirasi kita semua. Terimakasih atas share nya ya ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama mbak, semoga ada manfaatnya khususnya bagi saya dan juga bagi teman-teman semua ..

      Hapus
  29. Mampir lagi, mas. Belum ada update nih?

    BalasHapus
  30. setiap kisah cerita pasti ada hikmah dan pelajaran serta pengalaman yang bisa dipetik dari cerita tersebut ya mas. Luar biasa. Keep spirit and happy blogging always :)

    BalasHapus
  31. Cerita yang hikmah
    Hatipun kehibur
    Saya jadi betah
    Karena baca alur

    BalasHapus
  32. ngeli tapi ora keli.
    moga2 ora ketemu kali sing kaya kali serayu nek lagi banjir ya kang, hehe

    BalasHapus
  33. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  34. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus

Terima Kasih Atas Kunjungannya
Harap berkomentar yang santun
dan tidak ada unsur SARA dan pornografi
Maaf, komentar dengan link aktif akan dihapus