Jumat, 14 Juni 2013

MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSI

MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSI
Banyak kasus bahwa seseorang yang mempunyai tingkat kecerdasan otak (IQ) yang tinggi dan lulus dari Perguruan Tinggi dengan predikat cum laude, ternyata mengalami kegagalan dalam karir pekerjaannya. Sebaliknya juga banyak pengusaha sukses ternyata hanya lulusan SD, atau SMP. Jangan berpikiran negatif bahwa hal tersebut karena ada dukungan dari paranormal atau eyang Subur. Namun tentu ada faktor kemampuan lain selain kecerdasan otak. Hal ini mungkin berkait dengan kecerdasan emosi.

Kecerdasan emosi (emotional quotient) adalah  kemampuan pengendalian diri, semangat dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri. Ia merupakan fakta neurologist yang membentuk kemampuan dasariah manusia dalam mempertahankan diri. Banyak pendapat menyatakan bahwa kecerdasan (IQ) hanya berperan sebanyak 20% bagi kesuksesan seseorang sedangkan 80% lainnya adalah EQ. Apapun yang kita dengar, lihat atau baca akan berhubungan dengan emosi terlebih dahulu, sebelum tindakan dilakukan.
Oleh karenanya kecerdasan emosi perlu dikembangkan secara dini. Berikut beberapa langkah kongkret yang bisa dilakukan, yaitu :
1.    Berpikir positif
Mulailah berpikir positif, terhadap diri sendiri dan orang lain. Pikiran negatif senantiasa menciptakan emosi negatif, dan dalam jangka panjang, perasaan itu akan menciptakan tindakan negatif terhadap diri sendiri maupun orang lain.
2.    Mengekspresikan perasaan
Mulailah belajar untuk mengekspresikan perasaan. Belajarlah bersikap jujur mengenai perasaan kita. Kalau memang lagi sedih dan pengin menangis, menangis saja. Kalau memang marah, ekspresikan kemarahan kita tapi harus dalam ekspresi yang positif. Sebagai contoh, kita bisa mengeluarkan emosi dengan berteriak sekencang-kencangnya di tempat yang lapang.
3.    Memikirkan dampak kata-kata terhadap perasaan orang lain
Selain belajar mengungkapkan perasan secara tepat, jujur, dan tegas (asertif), perlu dipelajari untuk memikirkan dampak dari setiap kata-kata yang diucapkan terhadap orang lain.
4.    Menggali unmet emotional need pada setiap orang yang mempunyai masalah emosi
Unmet emotional need adalah kebutuhan dasar emosi yang melandasi munculnya perasaan tidak menyenangkan. Sebagai contoh, seorang manajer menolak untuk mengubah sistem kerja yang berlaku. Ia marah karena merasa tidak dilibatkan dalam perubahan sistem kerja yang berlaku. Seringkali, emosi yang tampak bukanlah emosi yang otentik. Jika digali, biasanya akan ditemukan kebutuhan emosi tertentu yang membuat seseorang bereaksi atau bersikap negatif. Cobalah peka terhadap kebutuhan emosi mendasar orang lain.
5.    Belajar mengelola emosi negatif
Langkah pengelolaan emosi dapat dilakukan dengan tahap-tahap : mengidentifikasi perasaan sesungguhnya, mencari akar penyebab perasaan negatif tersebut, bertanya kepada diri sendiri,  apa yang bisa membuat merasa lebih baik, membuat alternatif solusi bagi perasaan negatif, dan terakhir memilih alternatif solusi yang terbaik.
Apabila kita merasa bahwa IQ cukup baik demikian pula EQ, ikhtiar sudah dilakukan secara maksimal, tetapi masih tetap gagal, mungkin keberuntungan yang belum berpihak kepada kita. Langkah yang harus diambil adalah banyak berdzikir, berpasrah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Berbagi Informasi
Berbagi Informasi Updated at: Jumat, Juni 14, 2013

14 komentar:

  1. sudah jamak dan banyak orang pinter di negeri ini ya mas, tapi yang punya moral masih sedikit, menurut saya lebih baik kecerdasan atau pinter itu yang lumrah aja, gak terlalu pinter, yang penting pelajaran moral andap asor pada orang lain, seperti pelajaran EQ.
    tulisane sampean kok sip terus mas, dadi seneng moco e

    BalasHapus
    Balasan
    1. waduh kepala saya jadi besar dipuji mas Agus .. hehe
      Walau saya bukan dari dunia pendidikan, tapi sama dengan mas Agus, saya concern dg masalah itu. Saya banyak diskusi dengan guru-guru anak-anak saya, dari sana saya belajar dan cari literatur yang mendukung. Untuk para guru, saya sebenarnya pengin share mengenai strategi sekolah anak saya. Setiap tahun tidak pernah lepas dari 3 besar di Kota Yogyakarta. Saya masih ngumpulkan bahan, sekalian minta ijin dulu sama kepala sekolahnya, takut dimarahi .. he he

      Hapus
    2. bener banget, saya setuju pendapat Mas Agus. matang sekali

      Hapus
    3. matang apa gosong mas Zachflazz ... he he
      Mas Agus pinter banget bikin saya geer, sampai saya salah/lupa mengenali content blognya mas Agus kalau concern di pendidikan (dari postingan-postingannya)dengan blognya mas Uda Uwak (banyak posting mengenai pendidikan) .. he he malu ...

      Hapus
    4. ndak usah malu mas, nanti kalau malu di tutupi kresek aja mukanya, hehe

      Hapus
    5. udah ini mas, saya tutupi kresek sampai susah bernapas je ... he he he

      Hapus
  2. dari kelima poin diatas, yang susan nomor satu mas, sulit dikendalikan .... siip dan mantap deh tips dan infonya

    BalasHapus
    Balasan
    1. he he sama pak .., saya juga lagi belajar terus memanage diri agar tidak selalu suudon sama orang dan diri sendiri. Mungkin pakai dzikir ya pak, biar gak kegoda setan .. he he

      Hapus
  3. kalau saya mah selalu perpikir positif aja, karena hidup terasa ringan dan sedikit beban.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah siiip itu mbak, kapan2 bisa di-share bu tips-tipsnya ...

      Hapus
  4. Iki lawange endi yo ,arep berkunjung jew

    BalasHapus
  5. Monggo pakde Hari, langsung masuk, ra dikunci, mengko tak suguhi pisang goreng sing jikuk gone sampean wingi ... wkwkwkwk

    BalasHapus
  6. Lebaran Nang Jogja opo Cilacap
    http://marjaini-belajar.blogspot.com/2011/11/aktifitas-petualangan-mendaki-gunung.html

    BalasHapus
  7. Lebaran neng Cilacap Gus, tapi biasane hari keempat neng Jogja trus mengko neng Klaten, suk nek lebaran ketemuan wae, neng Jogja po Klaten, sms-an wae. Apa arep ngejak munggah gunung ?

    BalasHapus

Terima Kasih Atas Kunjungannya
Harap berkomentar yang santun
dan tidak ada unsur SARA dan pornografi
Maaf, komentar dengan link aktif akan dihapus