Selasa, 25 Juni 2013

KIRAB BUDAYA GREBEG SELARONG 2013

Hari minggu adalah hari keluarga, sehingga wajib hukumnya untuk pergi bersama sekedar melepas ketegangan setelah selama 6 hari beraktivitas. Biasanya kami sekeluarga hanya makan di luar lalu dilanjutkan ke tempat saudara atau ke tempat wisata. Hari minggu kemarin kami mempunyai agenda untuk membeli sajadah di Pasar Beringharjo dan menonton Kirab Budaya Grebeg Selarong 2013.

Kami berangkat dari rumah pukul 09.00 WIB, dan mula-mula ke Pasar Beringharjo. Penuhnya tempat parkir dan banyaknya pengunjung yang membeli berbagai barang, menyebabkan kami sedikit lama di Pasar Beringharjo, sehingga baru tiba di Jalan masuk Goa Selarong pada jam 12.00 WIB. Kirab Budaya Grebeg Selarong sudah setengah yang lewat dan masuk kawasan wisata Goa Selarong.
Kirab Budaya Grebeg Selarong merupakan puncak dari acara Gelar Budaya Selarong dalam rangka ulang tahun Desa Guwosari, sekaligus memperingati pindahnya Pangeran Diponegoro di Goa Selarong untuk menghadapi penjajah pada bulan Juli 1825. Acara ini diadakan rutin setiap tahun dimulai pada tahun 2005. Biasanya acara tersebut diadakan pada bulan Juli, tapi karena bertepatan dengan bulan puasa, maka acara tersebut diajukan. Acara tersebut terselenggara atas kerjasama Dinas Pariwisata DIY, Kab. Bantul, Desa Guwosari dan Karang Taruna Guwosari "Dipo Ratna Muda" serta pihak-pihak pendukung lainnya. Rangkaian acara Gelar Budaya Grebeg Selarong 2013 dimulai dari tanggal 19 – 23 Juni 2013 dengan acara pameran kerajinan, sholawat Nabi dan Pengajian, lomba Jathilan,Senam massal, pentas budaya lokal, lomba mewarnai, lomba mars Karang Taruna dan PKK, lomba fotografi dan Kirab Budaya Grebeg Selarong sebagai puncak acara.
Kirab Budaya Grebeg Selarong merupakan kegiatan yang dilombakan berupa kirab budaya bregodo dan prajurit kraton, dari 1 Bregodo Pamong Desa Guwosari dan 14 Pedukuhan se Desa Guwosari. Setiap dusun diwajibkan membawa gunungan dari susunan hasil bumi sebagai maskot. Kirab dimulai dari Balai Desa Guwosari dan berakhir di Goa Selarong.

Tua muda, laki-laki dan perempuan berpartisipasi dalam acara tersebut, dengan kreativitas mereka. Para bregodo berjalan dengan tegap dan gagah berani dengan iringan suara genderang dan gong. Kenaikan BBM seperti tidak terpikirkan oleh mereka.

KIRAB BUDAYA GREBEG SELARONG 2013
Salah satu Bregodo Peserta Kirab
KIRAB BUDAYA GREBEG SELARONG 2013
Para Ibu dan Anak-anak Peserta Kirab
KIRAB BUDAYA GREBEG SELARONG 2013
Gunungan

Di bagian belakang barisan ada sesuatu yang lain, yaitu adanya sebuah jib penuh dedaunan dan membawa semacam peluncur rudal dari kertas. Di sekeliling mobil tersebut juga ada beberapa pemuda. Ada yang telanjang dada dengan muka dicorang-coreng, ada yang berpakaian tentara, dan ada pula yang memegang bazooka dari bambu. Menurutku konsepnya tidak jelas, apakah menggambarkan tentara Belanda atau laskar Pangeran Diponegoro.
KIRAB BUDAYA GREBEG SELARONG 2013
Pasukan Tempur Desa Guwosari
Acara Gelar Budaya Grebeg Keraton merupakan bentuk kearifan lokal untuk  mengenang sejarah, mempertahankan dan mengenalkan budaya di wilayah tersebut. Sayang sekali, kami tidak bisa menyaksikan acara grebeg di halaman Goa Selarong yaitu rebutan gunungan, karena istriku tidak mau diajak masuk ke sana, maklum jaraknya cukup jauh.

Berbagi Informasi
Berbagi Informasi Updated at: Selasa, Juni 25, 2013

93 komentar:

  1. keren sekali mas acaranya, masih ada yang mau melestarikan dan menapak tilas perjuangan pahlawan kita semua,
    pasti mas isnaeni jajan pentol celup kan, hayoo ngaku...
    mintak dong mas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Walah kok ya tahu-tahunya, nginjen mesti .. wkwkwk
      Anak saya yang kecil itu yang seneng, jan-jane saya agak kurang sreg dengan saosnya

      Hapus
    2. lha soase mengandung bahan pewarna kain je mas, jajal tho sampean pepe/jemur lak dadi koyok kain,...

      Hapus
    3. Mangkanya itu, kalau di rumah sudah saya sediakan saos sendiri, tapi kalau jauh dari rumah saya suruh cuma pake kecap. Tapi terkadang ngeyeli itu lho .., kalau saya gak ngawasi ya tetep pake saos. Mungkin ngeyele nirun saya .. he he

      Hapus
    4. saya juga mau, gimana sih koq saya dilupakan

      Hapus
    5. -------selain itu micinnya buanyak banget...mending bikin aja dewe daripada jajan, lebih higienis dan sehat

      Hapus
    6. lebih praktis , ekonomis, higienis dan gelis

      Hapus
    7. Pentol celup kalau tidak salah di Pasuruan namanya cilok,tul gak cak Agus ??

      Hapus
    8. betul sekali kang dede, cilok sambel kacang

      Hapus
    9. sambel pete itu adanya di mbantul sana mas, kalau di sini adanya sambel korek

      Hapus
  2. Masih lestari yah mas budaya disitu ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau Bantul memang didorong dari Pemda juga. Untuk pariwisata konsep yang ditawarkan konsep Desa Wisata baik desa kerajinan maupun desa budaya

      Hapus
    2. iya, ada kerajinan kipas bambu dan batik kayu kan Mas

      Hapus
    3. yang bisa memanfaatkan peluang pasti sudah kulakan deh

      Hapus
    4. Kang Zachflas : sing anake bakul rokok khan .. he he
      Mabak Khusna : betul, dulu batik kayu hanya ada di Krebet, tapi sekarang sudah masuk Guwosari juga ..
      Mas Agus : he he tahu saja ..

      Hapus
    5. kan yang ngajari wirausaha mas isnaeni

      Hapus
    6. berarti informasinya berguna ya ....*gede sirahe

      Hapus
    7. saangat berguna lah mas, apa sih yang nggak buat mas isnaeni..
      ahihihihi

      Hapus
  3. wahh, saya bangga pangeran diponegoro masih mendapat tempat di hati masyarakat. salut untuk semuanya.

    BalasHapus
  4. itu nama pak dipo dan isterinya diabadikan. pengin seperti mereka

    BalasHapus
  5. terus, kapan gua benteng pendem digerebek Kang?

    BalasHapus
  6. pasti sambil panas-panas ya lihatnya, melestarikan budaya sangatlah penting untuk menguri-nguri kabudayan yang ada.

    BalasHapus
  7. lah---slarong, deket rumah sayah...
    ntar balik lagi untuk komen, ini mau ngentasi sandangan dulu...

    BalasHapus
  8. oh, bulan ini tho...kemarin di Desa Sendangsari kan juga ada kirab semacam ini Mas, tapi dalam rangka bersih desa (Desa Krebet). Saya pernah menyaksikan beberapa tahun lalu. Lumayan rame dan mengundang wisatawan juga, bahkan waktu itu ada turis mancanegara pula. Saya aplaus untuk beliau-beliau yang peduli dan nguri-uri budaya, walau tujuan akhirnya ke bisnis pariwisata...dan cuma segelintir yang menikmatinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. yang jelas binis pentol celup juga rame, apalagi yang jual cireng goreng, kacang godog, endok asin, kripik singkong, gedang goreng ote ote limpang limpung dan ceker ayam

      Hapus
    2. Kalau di Krebet sudah lebih maju, masyarakat mengelola sendiri tempat wisatanya seperti di Jurang Pulosari. Di sana juga sudah ada homestay untuk menginap dan belajar batik tulis. Home industry juga sudah dikelola lebih baik dan ada perkumpulan "Mpok Darwis" (kelompok sadar wisata), saya sering ke sana mbak Khusna.

      Hapus
    3. saya juga sering ke sana dulu Pak, sering ke Sanggar Peni, cantik-cantik batiknya.

      Hapus
    4. Pak Agus: yang jualan endog asin itu ibu saya lho...hayo siapa mau order, silakan silakan dipilih

      Hapus
    5. he eh Mas, tempat Pak Dukuh Kemiskidi...yang rumahnya dekat sekolah

      Hapus
    6. Betul, beliau perintis batik kayu dan juga "Mpok Darwis". Perjuangannya mengajarkan seni batik kayu kepada masyarakat sehingga bisa lebih sejahtera perlu diteladani

      Hapus
    7. saya dong pesen ndok asin tapi yang masir

      Hapus
  9. wahh meriah juga yah nampaknya,semoga tahun depan lebih meriah lagi yah Mas,,,

    BalasHapus
  10. wooow keren sekali acaranya, mudah mudahan dapat dilestarikan

    BalasHapus
  11. mksih tlah upload maskot, mobil tmpur pnya bngsing hehehe

    BalasHapus

Terima Kasih Atas Kunjungannya
Harap berkomentar yang santun
dan tidak ada unsur SARA dan pornografi
Maaf, komentar dengan link aktif akan dihapus