Bangsa Indonesia pada tahun 2014 akan memilih pemimpin
yang baru melalui Pemilu, yang akan berpengaruh terhadap perjalanan bangsa ini
di masa-mada mendatang. Maraknya kasus korupsi yang berhasil diungkap
KPK plus bumbu-bumbu grativikasi seks yang memalukan melibatkan oknum politisi
di tanah air, menimbulkan sikap apatis masyarakat terhadap proses politik di
negeri ini. Fenomena "golput" yang semakin kuat, menjadi indikasi ketidakpercayaan
masyarakat terhadap kehidupan politik di negeri ini. Mereka tidak menggunakan
hak pilihnya karena meyakini bahwa pemimpin yang terpilih juga tidak bisa
memperjuangkan kepentingan rakyat.
Tulisan ini tidak bermaksud menggurui mengenai bagaimana
menjadi pemimpin yang baik, karena para calon pemimpin tentu sudah memahami
dengan baik teori kepemimpinan yang efektif, namun bersifat mengingatkan agar
mereka dapat mengaplikasikannya secara baik melalui kebijakan-kebijakan yang
dibuatnya.
Salah satu konsep kepemimpinan yang efektif dan sesuai
diterapkan di Indonesia adalah konsep kepemimpinan dari Ki Hadjar Dewantara
yaitu ing ngarso sung tulada, ing madya
mangun karsa, tut wuri handayani. Konsep ing ngarso sung tulada berati di depan memberi contoh, sehingga
seorang pemimpin harus selalu berada di depan dan memberikan keteladanan
terhadap rakyat yang dipimpinnya. Konsep ing
madya mangun karsa berarti bersama rakyat
yang dipimpinnya mengembangkan kemampuan
berpikir dan kemampuan kerja. Adapun tut
wuri handayani berarti
mendorong dari belakang.
Konsep tersebut, tidak akan bermanfaat apabila hanya
sebatas dipahami tanpa diaplikasikan ke dalam tindakan nyata. Berikut diberikan
lima tindakan pemimpin yang dapat diambil untuk mengaplikasikan kepemimpinan
yang baik, yaitu :
1. Mencontohkan
cara (interaktif). Pemimpin harus mampu memimpin
dengan contoh; pemimpin harus mampu memotivasi rakyat yang dipimpinnya dengan
memberikan contoh keterlibatan langsung dalam pelaksanaan misi yang ditetapkan.
2. Mengilhami visi bersama (visionaris). Pemimpin harus mampu merumuskan, menyatakan
secara lisan, dan menciptakan gairah terhadap pelaksanaan visi yang
ditetapkannya.
3. Kreatif menghadapi tantangan. Seorang pemimpin harus kreatif dalam mencari dan memilih jalan inovatif
untuk meningkatkan kemajuan organisasi yang dipimpinnya.
4. Memungkinkan orang lain untuk bertindak
(menguasakan). Seorang pemimpin harus mampu menciptakan teamwork dan kepercayaan rakyat yang
dipimpinnya untuk bekerja demi pencapaian tujuan yang ditetapkan bersama.
5. Dorongan hati (penuh kasih). Dorongan hati mengacu pada daya lentur
pemimpin untuk menjaga motivasi dan memberi harapan pada para rakyat yang
dipimpinnya, pada situasi yang sulit sekalipun.
Agar dapat melaksanakan itu
semua, seorang pemimpin harus dapat menguasai diri sendiri, berbekal pondasi
yang kuat yaitu mempunyai sifat jujur, disiplin, dan tidak egois, sehingga
mampu menilai apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh rakyat dan berupaya untuk
memenuhinya.
andaikan semua pemimpin mempunyai jiwa leadership yang agung, pasti Indonesia sudah menjadi maju.
BalasHapusmasalahnya di sini, kebanyakan hanya berfungsi sebagai atasan, bukan pemimpin. jadilah hanya ada kumpulan bos-bos, yang beku dan menyebalkan. korupsiii, lagi.
Betul, banyak orang ahli menjadi manajer tapi tidak menjadi pemimpin.
Hapusing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani masih adakah pimpin yang seperti ini ?
BalasHapusSaya positive thinking masih ada, tapi memang jumlahnya sedikit. Harapan saya, melalui pembinaan karakter dan kepemimpinan terutama di lembaga pendidikan dapat menciptakan pemimpin-pemimpin handal yang mempunyai integritas dan mau memperjuangkan kepentingan rakyat.
Hapussaya berada di komentar nomor 5..hhh
BalasHapussekarang saya di nomor 6 ... he he he
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus