Program
ASI eksklusif merupakan program dari pemerintah agar bayi hanya diberi ASI saja, tanpa
tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk madu, air teh, air utih dan
tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur nasi, bubur susu,
biskuit, dan lain-lain selama 6 bulan. Apakah alasan pemerintah mencanangkan program
tersebut ?
ASI mengandung
zat gizi yang ideal dan mencukupi untuk menjamin tumbuh kembang anak sampai
enam bulan karena ASI eksklusif mengandung cukup energi, protein, vitamin dan
mineral yang bermutu tinggi dan akan terjadi kontak yang terus menerus antara
ibu dengan bayinya. Selain itu, belum sempurna pencernaan
bayi untuk menerima makanan tambahan, dan apabila diberikan sebelum umur bayi mencapai 6 bulan dapat menyebabkan
diare pada bayi. Akibatnya akan
memperberat kerja usus dan memberatkan
fungsi ginjal bagi bayi yang belum sempurna. Belum lagi adanya risiko
kontaminasi dari kesalahan produksi makanan tambahan. Pemberian makanan tambahan
juga akan mengurangi
produksi ASI karena bayi akan malas menyusu kepada ibunya, sehingga bayi turun daya tahannya dan
mudah sakit.
Sebenarnya
kalau mengetahui dengan baik manfaat ASI bagi ibu dan bayi, saya yakin semua
ibu akan berusaha untuk melaksanakan program ASI eksklusif. Banyak manfaat ASI
bagi ibu maupun bayi. Bagi ibu pemberian ASI akan mengurangi pendarahan dan mempercepat pengecilan
uterus (rahim). Tentu ini sangat diharapkan oleh kaum ibu yang ingin cepat
terlihat langsing setelah melahirkan. Apakah ibu yang menyusui bayinya lebih
cepat langsing ? jawabnya adalah ya. Kenapa hal ini dapat terjadi ? ASI yang diproduksi oleh ibu
sebagian dari makanan yang dimakannya dan sebagian lagi dari lemak yang
tertimbun di dalam tubuh ibu hamil di
saat belum melahirkan.
Ketika menyusui lemak tersebut
akan terpakai sehingga berat badan ibu akan kembali segera seperti sebelum
hamil. Selain itu, pemberian ASI secara tidak langsung juga menjadi
kontrasepsi alami. Pemberian ASI ternyata mengurangi risiko kehamilan pada ibu.
Adapun
bagi bayi, ASI merupakan sumber
zat gizi yang sangat ideal dengan komposisi keseimbangan karena disesuaikan
dengan kebutuhan bayi pada masa pertumbuhannya sampai usia 6 bulan. ASI juga
mengandung zat-zat kekebalan pada tubuh bayi, sehingga meningkatkan daya tahan tubuh terhadap
penyakit. Komposisi yang tepat dan sesuai juga dapat meningkatkan kecerdasan
bayi. Selain itu, pemberian ASI juga meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan
bayi sehingga menjadi
dasar perkembangan emosi bayi, membentuk kepribadian diri atau percaya diri dan
merupakan dasar spiritual yang baik bagi anak dimasa depan.
Apakah
dengan sosialisasi manfaat ASI eksklusif bagi ibu dan bayi dapat mensukseskan
program ASI eksklusif ? Ternyata upaya itu tidak sepenuhnya berhasil. Ada
banyak faktor yang menjadi penghambat program ASI eksklusif, diantaranya adalah
faktor ibu bekerja dan strategi pemasaran susu formula untuk bayi. Postingan ini
tidak membahas semua faktor tersebut, tetapi hanya akan membahas dalam
kaitannya dengan strategi pemasaran susu formula.
Pemerintah
memang telah melarang produsen susu formula untuk bayi mempromosikan produknya
pada media cetak maupun elektronik.
Apakah hal ini menyebabkan permintaan susu formula untuk bayi menjadi berkurang
? Kalau menurut saya tidak. Produsen susu formula melakukan promosi dengan cara
yang lebih cerdas, yaitu langsung kepada konsumen melalui sales promotion girl dan melalui oknum petugas-petugas
kesehatan (baca : bidan).
Promosi
pertama biasanya dilakukan di supermarket pada moment-moment tertentu. Sales Promotion Girl (SPG) produk susu
formula untuk bayi akan menawarkan secara langsung kepada ibu bayi yang sedang
berbelanja. Ini pernah dialami teman saya di sebuah Supermarket. Pada saat itu,
dia bersama istri sedang berbelanja bersama bayinya. Ada salah satu SPG
yang mendatangi dan kemudian bercanda
dengan anak teman saya sambil mengajak ngobrol istrinya. Pada mulanya
pembicaraan masih bersifat umum, misalnya berapa bulan umur bayi, siapa namanya
dan sebagainya. Setelah komunikasi menjadi lebih lancar, SPG tersebut berusaha mengenalkan
produk susu formula dan berusaha mempengaruhi istri teman saya untuk memberikan
susu formula ketika bayi ditinggal bekerja. Setelah teman saya membeli susu
formula untuk bayi tersebut, teman saya diminta untuk mengisi suatu form yang
salah satunya berisi alamat dan nomor HP. Beberapa hari kemudian, ternyata ada
yang menelpon yang mengaku dari distributor susu tersebut. Orang tersebut memberikan keterangan yang
lebih lengkap mengenai susu formula untuk bayi tersebut dan menunjukkan
tempat-tempat yang menjual susu formula untuk bayi tersebut. Orang tersebut
juga memberikan nomor telepon distributor susu formula tersebut, dan bersedia
memberikan informasi mengenai tempat-tempat terdekat yang menjual susu formula
tersebut apabila teman saya membutuhkan.
Promosi
seperti itu, menurut saya masih dalam koridor yang benar, karena keputusan
untuk membeli dan menggunakan susu formula datang dari ibu bayi. Tetapi pada
promosi melalui oknum petugas kesehatan, sudah tidak mengindahkan pendapat dari
ibu bayi. Ini saya alami ketika kelahiran anak pertama di kota kelahiran saya. Sebuah
kota kecil di sebelah selatan Jawa Tengah. Istri saya melahirkan di sebuah
rumah bersalin yang cukup terkenal dan laris.
Anak
pertama saya lahir pukul 08.00 WIB secara normal. Setelah melahirkan, istri
saya disarankan untuk istirahat dan tidur untuk memulihkan kondisi
kesehatannya. Dua hari kemudian, istri saya sudah diperbolehkan pulang dan saat
itu dari rumah bersalin membawakan satu tas kecil yang terdiri dari satu set
perlengkapan untuk bayi dari produk tertentu seperti sabun, bedak, baby oil, dan
shampo. Pada tas tersebut juga terdapat satu kaleng susu formula yang sudah
terbuka.
Saya
sempat kaget mendapati adanya susu formula dalam kondisi yang sudah terbuka.
Agar tidak penasaran, saya bertanya kepada tetangga yang kebetulan berprofesi
sebagai bidan, kenapa istri saya dibawakan susu formula untuk bayi yang sudah
terbuka ?. Tetangga menyatakan bahwa susu formula tersebut sudah diberikan
kepada anak saya dan sisanya dibawakan.
Ini dilakukan karena biasanya ibu merasa sangat kelelahan dan butuh istirahat
setelah melahirkan, sehingga bayi sepenuhnya diurus oleh bidan.
Saya
tidak habis pikir, karena saya sudah mengetahui adanya program ASI eksklusif
yang pada waktu itu masih dianjurkan selama 4 bulan. Kalau saya yang mempunyai
latar belakang bukan dari kesehatan tahu informasi ASI eksklusif, apakah
mungkin bidan tidak tahu ? Kalau bidan sudah tahu, mengapa masih memberikan
susu formula untuk bayi ? Apa manfaatnya bagi bidan untuk memberikan susu
formula kepada bayi ? Pertanyaan tersebut terus ada dalam kepala saya, sampai
kemudian terjawab sebulan kemudian.
Waktu
itu, saya berkenalan dengan seorang bidan yang membuka praktek swasta. Bidan
tersebut secara terang-terangan menyatakan bahwa diapun melakukan hal tersebut.
Secara terbuka dia menyatakan bahwa produsen susu formula untuk bayi memberikan
fee yang cukup besar kepada bidan untuk
setiap kaleng yang dijual. Tarif melahirkan yang ditetapkan bidan tersebut
ternyata sudah memperhitungkan harga susu formula. Tapi menurut bidan teman
saya tersebut, produsen susu formula untuk bayi tidak memaksa kepada bidan, dan
hanya kepada bidan yang mau melakukannya. Intinya tidak semua bidan melakukan
hal tersebut, tetapi bidan yang melakukannya juga tidak sedikit.
Untungnya
tidak semua rumah sakit atau rumah bersalin melakukan hal tersebut. Para calon
orang tua harus selektif dalam memilih tempat untuk melahirkan. Syukurlah kejadian
serupa tidak saya alami ketika kelahiran anak kedua. Pada kelahiran anak kedua,
bidan membawa bayi masuk ke kamar untuk disusui oleh istri ketika saatnya
menyusui. Mudah-mudahan pengalaman yang saya tulis dalam postingan ini dapat membuat
calon orang tua lebih berhati-hati, dan meminta rawat gabung ibu dan bayi.
iya Mas, kadang kita ketemu sama fenomena mengecewakan begitu ya. syukurlah semua baik2 saja sekarang, dan nggak menimpa di pengalaman kedua ya..
BalasHapusalhamdulillaah
Mudah-mudahan ada pengawasan yang lebih ketat dari dinas terkait sehingga tidak ada lagi petugas kesehatan yang menghambat program di instansinya hanya karena kepentingan pribadi
BalasHapusKebetulan, anak saya juga minum supplement sebelum susu ibu..tapi bukan taktik pemasaran susu formula, sebab di hospital kami digalakkan memberi susu ibu dari susu formula, kami tidak dibenarkan membawa susu formula melainkan jika ada bayi bermasalah pihak hospital sendiri yg menyediakan supplement buat bayi.
BalasHapusKalau itu beda mbak Nita, bayi yang membutuhkan dan orang tua mengetahui, gak masalah
Hapus