Selasa, 04 Juni 2013

PROGRAM ASI EKSKLUSIF Vs PEMASARAN SUSU FORMULA


Program ASI eksklusif merupakan program dari pemerintah agar bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk madu, air teh, air utih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur nasi, bubur susu, biskuit, dan lain-lain selama 6 bulan. Apakah alasan pemerintah mencanangkan program tersebut ?

ASI mengandung zat gizi yang ideal dan mencukupi untuk menjamin tumbuh kembang anak sampai enam bulan karena ASI eksklusif mengandung cukup energi, protein, vitamin dan mineral yang bermutu tinggi dan akan terjadi kontak yang terus menerus antara ibu dengan bayinya. Selain itu, belum sempurna pencernaan bayi untuk menerima makanan tambahan, dan apabila diberikan sebelum umur bayi mencapai 6 bulan dapat menyebabkan diare pada bayi. Akibatnya akan memperberat  kerja usus dan memberatkan fungsi ginjal bagi bayi yang belum sempurna. Belum lagi adanya risiko kontaminasi dari kesalahan produksi makanan tambahan. Pemberian makanan tambahan juga akan mengurangi produksi ASI karena bayi akan malas menyusu kepada ibunya, sehingga bayi turun daya tahannya dan mudah sakit.
Sebenarnya kalau mengetahui dengan baik manfaat ASI bagi ibu dan bayi, saya yakin semua ibu akan berusaha untuk melaksanakan program ASI eksklusif. Banyak manfaat ASI bagi ibu maupun bayi. Bagi ibu pemberian ASI akan mengurangi pendarahan dan mempercepat pengecilan uterus (rahim). Tentu ini sangat diharapkan oleh kaum ibu yang ingin cepat terlihat langsing setelah melahirkan. Apakah ibu yang menyusui bayinya lebih cepat langsing ? jawabnya adalah ya. Kenapa hal ini dapat terjadi ? ASI yang diproduksi oleh ibu sebagian dari makanan yang dimakannya dan sebagian lagi dari lemak yang tertimbun di dalam tubuh ibu  hamil di saat belum melahirkan. Ketika menyusui lemak tersebut akan terpakai sehingga berat badan ibu akan kembali segera seperti sebelum hamil. Selain itu, pemberian ASI secara tidak langsung juga menjadi kontrasepsi alami. Pemberian ASI ternyata mengurangi risiko kehamilan pada ibu.
Adapun bagi bayi, ASI merupakan sumber zat gizi yang sangat ideal dengan komposisi keseimbangan karena disesuaikan dengan kebutuhan bayi pada masa pertumbuhannya sampai usia 6 bulan. ASI juga mengandung zat-zat kekebalan pada tubuh bayi, sehingga meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Komposisi yang tepat dan sesuai juga dapat meningkatkan kecerdasan bayi. Selain itu, pemberian ASI juga meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi sehingga menjadi dasar perkembangan emosi bayi, membentuk kepribadian diri atau percaya diri dan merupakan dasar spiritual yang baik bagi anak dimasa depan.
Apakah dengan sosialisasi manfaat ASI eksklusif bagi ibu dan bayi dapat mensukseskan program ASI eksklusif ? Ternyata upaya itu tidak sepenuhnya berhasil. Ada banyak faktor yang menjadi penghambat program ASI eksklusif, diantaranya adalah faktor ibu bekerja dan strategi pemasaran susu formula untuk bayi. Postingan ini tidak membahas semua faktor tersebut, tetapi hanya akan membahas dalam kaitannya dengan strategi pemasaran susu formula.
Pemerintah memang telah melarang produsen susu formula untuk bayi mempromosikan produknya pada media cetak maupun  elektronik. Apakah hal ini menyebabkan permintaan susu formula untuk bayi menjadi berkurang ? Kalau menurut saya tidak. Produsen susu formula melakukan promosi dengan cara yang lebih cerdas, yaitu langsung kepada konsumen melalui sales promotion girl dan melalui oknum petugas-petugas kesehatan (baca : bidan).
Promosi pertama biasanya dilakukan di supermarket pada moment-moment tertentu. Sales Promotion Girl (SPG) produk susu formula untuk bayi akan menawarkan secara langsung kepada ibu bayi yang sedang berbelanja. Ini pernah dialami teman saya di sebuah Supermarket. Pada saat itu, dia bersama istri sedang berbelanja bersama bayinya. Ada salah satu SPG yang  mendatangi dan kemudian bercanda dengan anak teman saya sambil mengajak ngobrol istrinya. Pada mulanya pembicaraan masih bersifat umum, misalnya berapa bulan umur bayi, siapa namanya dan sebagainya. Setelah komunikasi menjadi lebih lancar, SPG tersebut berusaha mengenalkan produk susu formula dan berusaha mempengaruhi istri teman saya untuk memberikan susu formula ketika bayi ditinggal bekerja. Setelah teman saya membeli susu formula untuk bayi tersebut, teman saya diminta untuk mengisi suatu form yang salah satunya berisi alamat dan nomor HP. Beberapa hari kemudian, ternyata ada yang menelpon yang mengaku dari distributor susu tersebut.  Orang tersebut memberikan keterangan yang lebih lengkap mengenai susu formula untuk bayi tersebut dan menunjukkan tempat-tempat yang menjual susu formula untuk bayi tersebut. Orang tersebut juga memberikan nomor telepon distributor susu formula tersebut, dan bersedia memberikan informasi mengenai tempat-tempat terdekat yang menjual susu formula tersebut apabila teman saya membutuhkan.
Promosi seperti itu, menurut saya masih dalam koridor yang benar, karena keputusan untuk membeli dan menggunakan susu formula datang dari ibu bayi. Tetapi pada promosi melalui oknum petugas kesehatan, sudah tidak mengindahkan pendapat dari ibu bayi. Ini saya alami ketika kelahiran anak pertama di kota kelahiran saya. Sebuah kota kecil di sebelah selatan Jawa Tengah. Istri saya melahirkan di sebuah rumah bersalin yang cukup terkenal dan laris.
Anak pertama saya lahir pukul 08.00 WIB secara normal. Setelah melahirkan, istri saya disarankan untuk istirahat dan tidur untuk memulihkan kondisi kesehatannya. Dua hari kemudian, istri saya sudah diperbolehkan pulang dan saat itu dari rumah bersalin membawakan satu tas kecil yang terdiri dari satu set perlengkapan untuk bayi dari produk tertentu seperti sabun, bedak, baby oil, dan shampo. Pada tas tersebut juga terdapat satu kaleng susu formula yang sudah terbuka.
Saya sempat kaget mendapati adanya susu formula dalam kondisi yang sudah terbuka. Agar tidak penasaran, saya bertanya kepada tetangga yang kebetulan berprofesi sebagai bidan, kenapa istri saya dibawakan susu formula untuk bayi yang sudah terbuka ?. Tetangga menyatakan bahwa susu formula tersebut sudah diberikan kepada  anak saya dan sisanya dibawakan. Ini dilakukan karena biasanya ibu merasa sangat kelelahan dan butuh istirahat setelah melahirkan, sehingga bayi sepenuhnya diurus oleh bidan.
Saya tidak habis pikir, karena saya sudah mengetahui adanya program ASI eksklusif yang pada waktu itu masih dianjurkan selama 4 bulan. Kalau saya yang mempunyai latar belakang bukan dari kesehatan tahu informasi ASI eksklusif, apakah mungkin bidan tidak tahu ? Kalau bidan sudah tahu, mengapa masih memberikan susu formula untuk bayi ? Apa manfaatnya bagi bidan untuk memberikan susu formula kepada bayi ? Pertanyaan tersebut terus ada dalam kepala saya, sampai kemudian terjawab sebulan kemudian.
Waktu itu, saya berkenalan dengan seorang bidan yang membuka praktek swasta. Bidan tersebut secara terang-terangan menyatakan bahwa diapun melakukan hal tersebut. Secara terbuka dia menyatakan bahwa produsen susu formula untuk bayi memberikan fee yang cukup besar kepada bidan untuk setiap kaleng yang dijual. Tarif melahirkan yang ditetapkan bidan tersebut ternyata sudah memperhitungkan harga susu formula. Tapi menurut bidan teman saya tersebut, produsen susu formula untuk bayi tidak memaksa kepada bidan, dan hanya kepada bidan yang mau melakukannya. Intinya tidak semua bidan melakukan hal tersebut, tetapi bidan yang melakukannya juga tidak sedikit.
Untungnya tidak semua rumah sakit atau rumah bersalin melakukan hal tersebut. Para calon orang tua harus selektif dalam memilih tempat untuk melahirkan. Syukurlah kejadian serupa tidak saya alami ketika kelahiran anak kedua. Pada kelahiran anak kedua, bidan membawa bayi masuk ke kamar untuk disusui oleh istri ketika saatnya menyusui. Mudah-mudahan pengalaman yang saya tulis dalam postingan ini dapat membuat calon orang tua lebih berhati-hati, dan meminta rawat gabung ibu dan bayi.

Berbagi Informasi
Berbagi Informasi Updated at: Selasa, Juni 04, 2013

4 komentar:

  1. iya Mas, kadang kita ketemu sama fenomena mengecewakan begitu ya. syukurlah semua baik2 saja sekarang, dan nggak menimpa di pengalaman kedua ya..
    alhamdulillaah

    BalasHapus
  2. Mudah-mudahan ada pengawasan yang lebih ketat dari dinas terkait sehingga tidak ada lagi petugas kesehatan yang menghambat program di instansinya hanya karena kepentingan pribadi

    BalasHapus
  3. Kebetulan, anak saya juga minum supplement sebelum susu ibu..tapi bukan taktik pemasaran susu formula, sebab di hospital kami digalakkan memberi susu ibu dari susu formula, kami tidak dibenarkan membawa susu formula melainkan jika ada bayi bermasalah pihak hospital sendiri yg menyediakan supplement buat bayi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau itu beda mbak Nita, bayi yang membutuhkan dan orang tua mengetahui, gak masalah

      Hapus

Terima Kasih Atas Kunjungannya
Harap berkomentar yang santun
dan tidak ada unsur SARA dan pornografi
Maaf, komentar dengan link aktif akan dihapus