Maksalmina, Tamlika dan Martunus memutuskan
untuk pergi ke ibukota Kerajaan Upsus untuk mencari pekerjaan. Martunus
berjualan buah, Tamlika berjualan kambing dan domba, sedangkan Maksalmina
menjadi kuli angkut dagangan Tamlika dan Martunus. Karena jujur dalam berniaga,
dagangan Tamlika dan Martunus laris keras dan habis terjual, sehingga
Maksalmina benar-benar diperas tenaganya sepanjang hari.
Karena hari sudah sore dan
tidak mungkin kembali ke bekas puing bangunan tempat biasa mereka tinggal,
akhirnya diputuskan untuk menginap di ibukota. Suasana kala itu sangat meriah,
karena hari itu tiba saatnya perayaan kurban. Sejak matahari terbenam,
orang-orang sibuk dengan kegiatan mereka. Kepala-kepala biara atau kuil mulai
sibuk menerima sumbangan berupa buah-buahan, roti, daging kambing dan domba
yang kemudian dipajang. Pemandangan semakin semarak dengan dinyalakannya
obor-obor bersamaan dengan tenggelamnya matahari. Maksalmina, Tamlika dan
Martunus memperhatikan suasana itu dari ujung belakang.
Tibalah saatnya bulan
purnama muncul di ufuk timur. Semua obor yang dipegang penduduk dipadamkan.
Raja Dikyanus maju ke depan untuk meresmikan dan menyaksikan pelaksanaan
perayaan kurban. Raja mengucapkan pidato dan diteruskan dengan memuja dan
memuji patung-patung yang membisu. Selesai pidato, terdengar suara tabuhan.
Tiga wanita muda mulai menari-nari dan meliak-liukkan tubuhnya di depan
patung-patung itu.
Penari itu merupakan
pilihan raja, yang setelah selesai menari akan menjadi bahan rebutan laki-laki
yang menginginkannya, sehingga tidak jarang hal ini menimbulkan perkelahian.
Jika perebutan gadis dan pemotongan hewan kurban itu selesai, maka dilanjutkan
dengan acara pemujaan terhadap patung-patung itu.
Di sebuah sudut di belakang
kerumunan orang, empat pemuda memandang sedih upacara tersebut. Upacara unik,
mengerikan dan murtad. Empat pemuda tersebut merupakan anak-anak pejabat di
Kerajaan Upsus yang bernama Kastunus, Wabiranus, Yabtunus, dan Danianus. Mereka
berpikir bagaimana meluruskannya, karena yakin bahwa itu merupakan sebuah
kewajiban bagi mereka.
Sebelum mendapat kata
sepakat, tiba-tiba muncul dua orang prajurit kerajaan, dan menegur keempat
pemuda itu yang tidak mengikuti upacara kurban. Kastunus dengan berani
mengatakan bahwa mereka tidak bisa mengikuti upacara yang tidak sejalan dengan
keyakinannya. Kedua prajurit itu marah, karena keempat pemuda itu tidak
menghargai ketentuan nenek moyangnya, dan kemudian membunyikan peluit yang
terbuat dari gading gajah. Mendengar
suara peluit, banyak prajurit berdatangan dan kemudian menangkap keempat pemuda
itu untuk dihadapkan kepada raja. Karena sedang menjalankan upacara, raja
memutuskan untuk memeriksa keempat pemuda itu esok paginya dan memksa mereka
untuk kembali ke kepercayaannya atau memilih penjara.
Keesokan harinya sidang
diadakan di Balai Pertemuan dan boleh disaksikan seluruh rakyat dengan dijaga
ketat oleh aparat keamanan. Maksalmina, Tamlika dan Martunuspun menyaksikan
sidang tersebut. Pada persidangan tersebut, raja menanyakan alasan keempat
pemuda itu tidak mengikuti upacara kurban. Kastunus sebagai wakil dari keempat
pemuda itu menyatakan bahwa keyakinan
yang dianut raja dan seluruh rakyat adalah salah dan tidak masuk akal. Patung-patung
yang disembah merupakan buatan manusia, sehingga sangat tidak masuk akal
apabila disembah. Seharusnya yang patut untuk disembah adalah Dzat yang
menciptakan alam ini beserta isinya. Raja sangat marah, dan menyatakan bahwa mereka akan dihukum mati, apalagi meneruskan
keyakinannya. Tapi mengingat jasa orang tua mereka, raja memberikan kesempatan
untuk berpikir. Tapi Kastunus menjawab dengan tegas, bahwa pendirian mereka
tidak akan berubah sampai kapanpun.
"Dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu
mereka berdiri lalu mereka berkata: "Tuhan kami adalah Tuhan langit dan
bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau
demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran" (QS. Al Kahfi : 14).
Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai
tuhan-tuhan (untuk di sembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang
terang (tentang kepercayaan mereka?) Siapakah yang lebih dzalim daripada
orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?" (QS. Al Kahfi : 15)
Mendengar jawaban Kastunus
yang tegas, Danianus mencoba untuk menasehati Kastunus agar mereka mengambil
kesempatan berpikir seperti kehendak raja. Hal ini dilakukan agar di luar
mereka dapat merencanakan hal lain. Akhirnya keempat pemuda itu sepakat
mengambil kesempatan untuk berpikir, sehingga raja mengembalikan mereka kepada
keluarganya masing-masing.
Ketika
keluar dari ruang sidang mereka disambut dengan caci maki dari penduduk, dan
juga keluarga mereka. Keluarga mereka tidak akan lagi mengakui sebagai keluarga
apabila keempatnya tidak mau berubah sikap.
Subhanallah ... ditunggu kelanjutannya mas ... :D
BalasHapusInsya Allah masih ada kelanjutannya
HapusTuntaskan bro,,,
HapusSiiapn ndan .. he he
Hapuskisah yang mengharukan :)
BalasHapusYa, perjuangan kaum yang dijamin masuk surganya Allah
Hapusinsya Allah :)
HapusWah kasian banget yah mereka berempat
BalasHapusberlima sama Kang Ratno yang rambutnya kesrimpet karena kegondrongan
HapusTeguh pada keyakinan walau bagaimanapun keadaannya.
Hapus@Kang Zach : jane aku juga pengin gondrong maning, tapi anake protes .. he he
pada jaman dulu ada juga pesta (upacara) yang melibatkan gadis untuk diperebutkan...jaman sekarang pun masih ada. ngeri juga bila membaca berita, atau melihat tayangan televisi yang menyorot acara-acara "unik" yang sangat vulgar tapi malah dijadikan destinasi wisata populer di dunia, misal di sebuah kota di Belanda.
BalasHapusjaman edan rupanya udah duluan terjadi di luar sana ya Mbak
Hapusdari jaman kuda gigit besi sekaran kuda udah gigit jari ehheeh
Hapusdari jaman kuda gigit besi sampai sekarang juga kuda masih gigit besi mang...hehe...
HapusSaya setuju kang Zach, jaman edan, akeh wong edan ... he he
Hapusgigit besi apa pake behel .. he he he
sejak dulu seksualitas memang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. seks sebagai awal kehidupan dikaitkan dengan falsafah sangkan paraning dumadi masuk dalam ritual keagamaan.
Hapusitu yang sekarang salah diartikan orang. mereka tak lagi menganggap seks sebagai sumber kehidupan, tapi dibelokan ke sisi rekreasi semata. makanya orang yang merasa bener jadi terpengaruh dan memandang pelibatan seksualitas di ritual masa lalu juga tentang nafsu semata
kayaknya sih gitu...
Seks memang bagian dari kehidupan manusia, kuwe aku setuju, karena itu bagian dari melanjutkan keturunan. Nek neng Islam ritual seks hanya untuk yang sudah halal, itupun harga mati. Islam banyak juga mengatur tentang seks, tapi lebih banyak ke hak dan kewajiban
Hapusbetul om...
Hapussemua keyakinan memandang seks itu sebagai awal kehidupan. fungsi reproduksi lah cara jawane. sayang pada akhirya berbelok ke fungsi rekreasi termasuk di kalangan agamis sekalipun. agama dijadikan alat pembenaran saja.
tak heran kalo ada yang titel kyai haji tapi bikin legalisasi baru acara ngelontenya. panggil ceweknya, cari penghulu dan saksi, nikah di mobil trus kawin di hotel setelah itu bayar dan bubar...
kepriben jal..?
Kuwe bener banget, jan marahi gregeten. Pernah pas jumatan sing kotbah ceramah masalah kuwe. nek sing nang mobil nikahe ora sah jere, soale ora ana waline sing wedon, cen ana wali hakim tapi bisa dipake dalam kondisi khusus ra nduwe wali nang silsilah klg. Jaman siki akeh sing pinter agama, dadi pinter juga golet pembenaran go kepentingane dewek
Hapusbikin serunya, lanjut!!!!
BalasHapuslanjut keman??
HapusMasih lanjut belum sampe terminal kok .. he he
Hapusizin nyimak mas
BalasHapusMonggo mbak Maya ..
Hapusmengko dhisit. lagi teksambi karo umbah-umbah karo nyapu latar dhisit ya, hehe... enyong durung maca tuntas.
BalasHapusTumben banget umbah2 karo nyapu latar
Hapussoale lagi ditinggal ibuke anak-anak belanja...:)
HapusWah malahane dadi bujang .. he he
Hapusdisambi medang yah..?
Hapusdisambi medang, puasane ya batal kang Rawins
Hapusarep shalat batal be wudhu maning
Hapuspuasa batal ya saur maning lah...
haha
ini kisahnya panjang bgt sob, masih bersambung gak? seruu
BalasHapusapalagi dibuat film yah
Hapusmasih om penghuni 60.
HapusKalau dibuat film mas Muroi jadi tokoh yang mana ?
ceritanya sepotong... bikin geregetan ah..
BalasHapuskutunggu sambungannya...
ya biar penasaran mang
HapusOk mang, lagi disusun nih, emang agak panjang. Maksud saya biar lengkap ceritanya, agar hikmah cerita ini bisa lengkap dicerna.
HapusKalau sekalian disajikan, mbacanya mudah ngantuk Mang..
HapusItu maksud saya mas Boku, juga nulisnya kadang terganjal rutinitas sehari2
Hapusohh belum ending ternyata :') .
BalasHapusIya Mis to be continued..
Hapushe he .. sudah hampir klimaks
HapusPemuda-pemuda anak-anak para pejabat yang mempunyai pendirian kuat dan tidak terbawa arus kehidupan masa itu. Mereka mempunyai pendirian yang berbeda dengan keluarga dan masyarakat umumnya. Pendirian yang dipegang dengan sangat kuat. Dari manakah mereka mempunyai keyakinan seperti itu ? Siapa yang mengajarkan keyakinan seperti itu ? Apakah keyakinan itu dimiliki mereka dengan serta merta berupa ilham ? Kisah yang menarik. Salam cemerlang.
BalasHapusItu point-nya dari kekhususan cerita ini
HapusPoint penting ya Mas..
HapusBetul, itu intinya
Hapusya udah kalau gituh intinya saja yang saya bawa yah
HapusTujuannya memang seperti itu kang Ci
Hapuskeren ceritanya, ditunggu kelanjutan nya
BalasHapusOk mas, Insya Allah
HapusMas Rizal Nyimak terus lho..
Hapushoho, boleh dong mas boku
HapusTentu boleh mas Rizal
HapusMasih seri ya Mas Is...,okey Mas saya juga masih terus nyimak kok Mas, sambil ngabuburit yuk...
BalasHapussaya juga lagi ngabuburit nih mas Boku
HapusTitip kolak ya .. he he
Hapusmemang tidak enak ketika kita menjadi minoritas dalam suatu kaum. tak peduli benar atau salah tetap saja akan dibilang nyleneh. kalo memang kita sudah meyakini sesuatu yang berbeda dengan kebiasaan, tak perlulah menjadi plin plan. enak ga enak itu sebuah resiko
BalasHapuskayaknya begitu...
Kira-kira kaya kuwe lah
Hapusasal aja kaya kuwe lapis ya..?
Hapuspadahal kuwe lapis kesukaan sayah...makannya bisa dicuil sedikit2
Hapussedikit2 tapi habis banyak ya kang Ci
Hapuskisah haru biru, nice pos Mas Is,,,,Lanjutkan,,
BalasHapussilahkan ditunggu kelanjutan nya di posting yang kana datang, hehe
HapusInsya Allah mas Rizal
Hapuspantes wae...kelewatan terus beritane, jek kait pollow cah. hahahahah
BalasHapusTak copy artikel'e .....mayan buat menuhin hardisk
Monggo mbak ..
Hapuskalau udah penuh hardisknya di paketin ke cilembu ya neng ind
HapusDituker sama ubi Cilembu ya kang .. he he
Hapushardisk dituker sama satu biji ubi?
Hapusmenjadi minoritas itu memang sulit, tapi begitulah pilihan hidup, mseti punya prinsip, kalo gak gitu, gak punya harga diri sebagai manusia, lebih baik mengasingkan diri dari pada prinsip terjual
BalasHapuspada hal yang haq, itu sangat mulia
Hapussetuju sob... :)
Hapusselamat malam gan :) mampir dulu ah
BalasHapusSelamat siang .. he he
Hapussangat inspiratif nih bang.... makasih pencerahannya meski nggak ikutin serialnya hehehe... maklum kang dah jarang aktif ngeblognya... kadang2 aja hehehe
BalasHapusmakasih kang Budi, sudah berkunjung
Hapusapa yang dialami oleh Kastunus ketika diasingkan oleh keluarganya karena mempertahankan keyakinannya sama dengan yg dialami oleh kastunus2 yang ada dizaman modern ini ..salam :-)
BalasHapusBanyak kasus seperti itu memang, walau hanya dalam lingkup keluarga
Hapusbagus banget, penasaran nih sama cerita selanjutnya
BalasHapusInsya Allah ntar saya posting lanjutannya
Hapusnunggu bada mesti?
HapusNek bada, wis ganti sungkeman
Hapussambil bagi - bagi amplop dan isinya ya
Hapuskisanya sungguh menggugah hati om,,
BalasHapusmakasih mas
Hapus.. waduch,, panjang banget kawan. maav cuma mampir doank,, cz lagi gak vit nich kondisi aq. maav ..
BalasHapusIya mbak, semoga cepat sembuh ya ..
Hapuskisahnya bagus mas... hmm klo bisa di buat format DOC kisahnya mas ,, nanti aku download..
BalasHapusdi copy trus paste ke word khan juga bisa .. he he
Hapuskalau mamang berharap dibuat bukunya, kalau bukunya sudah ada langsung dikirim ke mamang heheeh
Hapusjadi penari perut itu memang aslinya dari arab ya mas, jadi arab itu sebenarnya kiblat segalanya, baik dan buruk asalnya kan dari sana, lha wong peradaban orang dahulu kan dari sana
BalasHapusBisa jadi, mangkanya banyak nabi diturunkan disana, untuk memperbaiki umat
Hapusdi tunggu lanjutan nya :D
BalasHapuswah,, masih ada kelanjutannya ya? lanjutkan selalu deh,, thanks buat kunjungannya,,
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus