Rabu, 20 November 2013

OBROLAN CAKRUK : Childish Syndrome

OBROLAN CAKRUK : Childish Syndrome
Malam sabtu merupakan malam jatah rondaku di kampung. Walaupun hujan mengguyur rintik-rintik, aku mencoba menghilangkan rasa malas dan berangkat ronda di cakruk (gardu ronda). Kumpul-kumpul bersama teman satu grup ronda, merupakan kegiatan yang mengasyikkan. Kami dapat bicara banyak hal, masalah kejadian-kejadian penting, selebritis, dan termasuk politik. Masalah politik merupakan masalah yang sering kita diskusikan.
Pak Madiman, salah satu anggota kelompok rondaku merupakan orang yang paling dinanti analisisnya. Walaupun dia hanya lulusan SMP, tetapi dia mampu menganalisis masalah politik dari berbagai sudut pandang, tidak hanya dalam sudut pandang ilmu politik. Dia menganalisis dari sudut pandang yang lebih luas, secara sosiologis, antropologis, sampai sudut pandang perklenikan.
Malam itu, beliau mengatakan bahwa Indonesia sekarang sedang mengalami childish syndrome. Kami yang mendengar menjadi bingung dengan istilah tersebut dan menanyakan dasar dari analisisnya tersebut. Dengan gaya pengamat politik profesional dia menjelaskan analisis politiknya. Menurut dia, childish syndrome adalah sindrom kekanak-kanakan. Masyarakat Indonesia sekarang sedang senang bertingkah yang kekanak-kanakan, mulai dari elit politik sampai masyarakat umum.
Indikatornya lanjut dia, Presiden sibuk dengan politik pencitraan dan mengomentari hal-hal yang tidak terlalu penting. Orang yang tertidur karena kecapekan mendengarkan pidatonya ditegur, demikian juga ketika dirinya dikaitkan dengan bunda putri, dan seringkali juga terlihat emosional. Anehnya, ketika terjadi kasus TKI ditindas di Malaysia dan bahkan ada yang ditembak mati, ketika rakyat menjerit karena harga pangan, malah tidak terlihat emosional. Anehnya lagi, elit-elit politik yang seharusnya memikirkan bagaimana membuat maju negara ini, juga gemar sekali mengomentari komentar Presiden.
"Presiden khan memang pemimpin yang bertugas membawa bangsa ini, jadi kalau dia malah ngurusi hal-hal yang tidak penting dan hanya berkaitan dengan dirinya, perlu diingatkan agar sadar dengan tugasnya", sanggahku. "Itulah manusia", kata pak Madiman. "Manusia selalu berbicara atas nama kebenaran, tapi kebenaran menurut pikirannya. Presiden dan para elit politik dalam berkomentar juga mengatasnamakan kebenaran tentu saja kebenaran yang ada dalam pikirannya. Jadi, kalau pikirannya berbeda, maka standar kebenarannya juga akan berbeda. Kebenaran sejati hanya milik Alloh SWT, manusia hanya menjalankan apa yang sudah digariskan-Nya". Walaupun tidak sepakat sepenuhnya, kami manggut-manggut dan diam.
"Kalau tanda-tanda yang ada di masyarakat apa pak Madiman ?", Pak Ari menimpali. Pak Madiman menyeruput teh manis sebentar dan kemudian menjawab, "walaupun tidak begitu tegas, tetapi masyarakat sekarang juga senang hal-hal yang berbau kekanak-kanakan". Contohnya, kalau lihat acara TV, sekarang khan laris acara-acara yang kaya hiburan, hanya bercanda, main game, yang menurut saya kurang terkonsep jelas dan kurang memuat hal-hal yang mendidik.

Kami semua yang ada di cakruk terdiam dan berusaha untuk merenungi apa yang dikatakan pak Madiman. Aku diam-diam merasa kagum dengan Pak Madiman yang hanya lulusan SMP tapi bisa menganalisis berbagai hal dengan cara pandang yang berbeda dari orang lain. "Wah, ternyata pak Madiman ternyata berbakat jadi analisis politik sekaligus filsuf handal. Teori tentang kebenaran itu masuk di akal juga", kataku.  Pak Madiman tersenyum simpul dan berkata, "Pak Is ini mengejek, teori filsafat itu hanya saya dapat dari kitab-kitab karya Begawan Kho Ping Hoo dari lereng gunung Lawu". Saya tidak bisa menahan rasa geli saya. Ternyata komik karya Kho Ping Hoo yang juga sering saya baca, mempunyai nilai positif yang bisa diambil oleh Pak Madiman.

Berbagi Informasi
Berbagi Informasi Updated at: Rabu, November 20, 2013

59 komentar:

  1. owh..gitu ya analisanya pak madiman. saya cuma mangut-mangut aja bacanya..hehehe

    BalasHapus
  2. Kayaknya sih gitu, sudah pada pinter, termasuk pinter bohong juga gak ya ...? he he

    BalasHapus
  3. sy dgn pak Madiman satu aliran, sama2 suka baca Kho Ping Hoo, bacaan sy thn 90-an, :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, kita sealiran juga mas, kebetulan dulu bapak juga senang Kho Ping Hoo dan SH. Mintardja, dulu lengkap di rumah, bahkan bapak rajin menjilid jadi satu bendel. Sekarang tinggal satu dua soalnya banyak dipinjam untuk selamanya he he

      Hapus
  4. Begitulah 'warna' dan 'hiruk pikuk' dalam kehidupan di dunia ini. Dunia ini laksana sebuah 'panggung sandiwara' yang super besar. Masing-masing telah mempunyai peran sendiri-sendiri. Ada saatnya tampil dan ada saatnya untuk masuk kembali di belakang layar. Tak kalah ramainya grup pengiringnya dengan alunan suara alat musik dan penyanyinya. Ditambah penonton yang ramai, sorak-sorai, dan berbicara dengan teman sampingnya. Bangsa ini terus berjalan menuju kedewasaannya sambil meraih cita-citanya. Tentu membutuhkan waktu relatif panjang untuk mencapainya. Indonesia yang damai, sejuk, aman, sentosa, dan sejahtera adalah idaman kita semua. Sudahkah kita berkontribusi didalamnya untuk mewujudkan semua itu? Salam cemerlang!

    BalasHapus
    Balasan
    1. tentunya harus ada integritas dan komitmen untuk itu mas, sayangnya sebagian besar integritas dan komitmennya ditujukan untuk golongannya saja, mudah2an ke depan itu tidak terjadi lagi

      Hapus
    2. Saya setuju bahwa integritas dan komitmen itu harus terus ditumbuhkan ke dalam jiwa seluruh stakeholders utamanya para pemimpin, wakil rakyat, birokrat, dan tokoh masyarakat. Jayalah negeri ini. Salam cemerlang!

      Hapus
  5. sangat sederhana sekali analisisnya, woow..begawan koo ping hoo...ijasah tidak berlaku lagi mas, kalau sering baca pasti bisa, apalagi jaman segitu sudah melahap koo ping hoo pasti gemar membaca pak madimannya.
    sehat mas ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah sehat. Saya sama pak Madiman kebetulan sehobi, baca komik. di PC Kho Ping Hoo hampir lengkap. Kalau pas gak ada kerjaan seringkali baca2 lagi sampe istri marah2 he he, kalau sama begawan Kho Ping Hoo gak ada ijazahnya, cuma pake stempel .. he he

      Hapus
    2. pasti suka karangan karl may jg ya mas ? alah bilang saja sama saya nanti malah saya surun omelin deh...
      hahaha

      Hapus
  6. Di daerah saya sampai saat ini belum ada kegiatan ronda malam seperti itu. Syukur sekali kondisinya tetap kondusif, aman, dan terkendali. Beraktifitas dimanapun dan kapanpun, bermain, dan beristirahat di rumah dapat dilakukan dengan tenang dan nyaman sesuai motto MITRA yakni Magetan, Indah, Tertib, Rapi, dan Aman.

    Salam cemerlang!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau saya kegiatan ronda lebih untuk media bersosialisasi dengan masyarakat sekitar, sekalian merefresh pikiran yang seharian dipake untuk kerja. Alhamdulillah daerah saya cukup aman dan hampir tidak pernah ada kasus pencurian dll, seperti motto MITRA .. hehehe

      Hapus
  7. wah sayang pak Madiman harusnya nongol di tipi ya mas hehe....baru nongol lagi nih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pak Madiman senengnya nongol di cakruk .. he he, iya mas kemarin-kemarin lagi kena penyakit malas .. he he

      Hapus
  8. hahahaha.. ternyata filosofi'nya didapat dari komik ya.. tapi hebat juga loh pak madiman, bisa mengambil nilai positif yang ada dalam komik dan dikaitkan dengan hingar bingar yang terjadi di indonesia,,, Salut dengan pak madiman.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. itu namanya teknik berpikir otak-atik gatuk mas .. he he

      Hapus
    2. komik gak cuma dibaca tetapi di otak-atik gatuk ya mas

      Hapus
    3. Itu point-nya, kalau bahasanya Kang Zach .. he he

      Hapus
  9. childish syndrome, baru denger istilah ini, kalo nyimak obrolan diatas ada benernya jga, dari tingkat bawah sampe elit pun lagi kena childish syndrome

    BalasHapus
    Balasan
    1. Istilah itu khan hanya bisa-bisanya pak Madiman saja .. mungkin gak ada di kamus istilah populer .. he he

      Hapus
  10. Masyarakat Indonesia sekarang sedang senang bertingkah yang kekanak-kanakan, mulai dari elit politik sampai masyarakat umum, termasuk para blogger ya ? :d

    BalasHapus
  11. cerita nya bagus masbro ......
    Blogwalking ...


    BalasHapus
  12. Mas ada pesen gambar buat Mas di blog saya. kalau berkenan silahkan diliat pesennya..hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ok bli, sudah saya download, tapi belum bisa masang, soalnya saya belum bisa masuk ke blog. hanya bisa buka halamannya saja, gak tahu kenapa

      Hapus
  13. memang dalamnya keilmuan seseorang tidak dapat dilihat hanya dari status pendidikn formal yang pernh dienyam, sekarang kan jamannya ilmu berserakan di mana2 , pemulung pun bisa mengambilnya tanpa duduk manis di bangku sekolah ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu setuju sekali, lingkungan, pengalaman, itu sumber pengetahuan

      Hapus
  14. Assalamua'alaikum ww,,,Mas Is apa kabar nih lama saya tidak terbang kesini,,,,,Alhamdulillah skrg sudah active lagi di DUMAY hehe,,,,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. wa'alaikum salam ww. Iya mas Dede, tapi agak terbatas soale modemnya agak rewel, kadang bisa kadang nggak

      Hapus
  15. yang pintar memang banyak yah Mas Is,,,tapi yang "ngerti" hanya sedikit,,,,kan ada peribahasa,: tiap-tiap ngerti itu adalah Pintar,tapi tidak semua pintar iru mengerti, ( nah bingung kan ) hehe

    BalasHapus
  16. kunjungan sore... mau ikutan ronda nih sayah...

    BalasHapus
  17. He h e itulah politik Indo...mereka pada mau membantu rakyat ketika mo magang doang...kalo dah jadi ya gitu deh....BTW jadi pengen ikutan ronda...

    BalasHapus
    Balasan
    1. manis di mulut saja ya mas ..., ronda asyik mas, bisa kumpul2, ngobrol dan gojek

      Hapus
  18. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  19. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  20. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus

Terima Kasih Atas Kunjungannya
Harap berkomentar yang santun
dan tidak ada unsur SARA dan pornografi
Maaf, komentar dengan link aktif akan dihapus