Sepertia
biasa, setiap malam Sabtu saya kejatahan ronda. Malam itu, masih dalam suasana
17-an, dan kelompok ronda baru saja diperbaharui, ada anggota baru masuk, dan
ada anggota lama yang pindah. Jam 10-an, satu persatu anggota kelompok
berkumpul di cakruk. Kebetulan salah satu anggota baru adalah Pak Mujiyono,
ketua takmir Masjid Husnul Khotimah. Pak Mujiyono datang membawa jumbo berisi
teh hangat dan snack sisa pengajian malam Sabtu.
Kami
bercanda dengan akrab ketika semua sudah berkumpul di cakruk. Sambil menghisap
dalam-dalam sebatang rokok Pro Mild, pak Mar berkata, "Mumpung isih murah, dipuas-puaske le ngrokok"
(mumpung masih murah, dipuas-puaskan yang merokok). "Itu masih wacana pak
Mar", kata pak Bambang, anggota baru pendatang dari Lampung. "Kalau
saya sih gak masalah pak Bambang, mau rokok naik jadi 50 ribu, jadi 100
ribu" kata pak Ari yang tidak merokok sambil menyeruput teh hangat.
"Alasan rokok dinaikkan rumornya untuk meningkatkan pendapatan negara dari
cukai rokok dan nomboki defisit APBN 2016", kata pak Joko. "Juga
untuk kesehatan", pak Ari menimpali.
Kami
pun kemudian mengutarakan pendapat masing-masing secara bebas, tanpa harus
"eyel-eyelan" dan debat
kusir, apalagi sampai adu jotos. Pak Joko mengutarakan analisisnya bahwa dengan
meningkatkan harga rokok sampai 300% lebih, maka itu akan menambah pendapatan
negara yang tidak sedikit. "Tapi, kalau rokok dinaikkan sampai 50 ribu,
banyak perokok terutama dari kalangan ekonomi menengah ke bawah akan berhenti
merokok, eman-eman duite" kata
Pak Bas. "Saya baca di internet, ada penelitian dari UI yang menyatakan
bahwa kalau harga rokok dinaikkan jadi 50 ribu, maka 50% perokok mungkin akan
berhenti merokok", sayapun ikut menimpali. "Nah, kalau 50% perokok
berhenti merokok, sementara cukai rokok naik lebih dari 300%, maka tetap ada
kenaikan pendapatan" kata pak Joko.
Kami
semua terdiam sejenak dan berusaha untuk mencerna dan memahami apa yang
dikatakan pak Joko. Sambil mengambil arem-arem, pak Bambang berkata,
"Rokok itu menimbulkan semacam kecanduan, baik para perokok. Saya takut
para perokok tidak siap untuk berhenti merokok, sehingga efeknya malah akan menimbulkan
kerawanan sosial. Banyak perokok, karena efek kecanduannya, mencoba berbagai
cara untuk mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhannya merokok. Kalau terjadi
demikian, saya memprediksi kejahatan akan meningkat, dan ini malah berbahaya
bagi stabilitas nasional". "Wah, kalau begitu, jangan-jangan wacana
untuk menaikkan harga rokok jadi 50 ribu, sengaja dihembuskan untuk menggoyang
pemerintahan Jokowi, bisa saja khan ..?" kata pak Bas.
Kami
sedikit tersentak dan terdiam mendengar kata-kata dari Pak Bas. "Sudahlah,
gak perlu dipikir dalam-dalam, kita serahkan saja pada kebijakan pemerintah.
Pemerintah juga pasti akan mempertimbangkan berbagai aspek kalau nantinya
memutuskan untuk menaikkan harga rokok. Yang penting, tugas kita sekarang
ngambil jimpitan. Ini sudah jam 12 malam, daripada nanti "kebyaran", kata Pak Mujiyono
memutuskan perdebatan ini.
Kami
pun kemudian berangkat mengambil jimpitan di rumah-rumah warga. Kibaran bendera
dan umbul-umbul karena tiupan angin yang dingin di ruas-ruas jalan menyertai
langkah kita mengambil jimpitan. Kemerdekaan yang di bawa pendahulu, membuat
kita bisa secara bebas mengeluarkan pendapat dan uneg-uneg, tanpa harus saling
menyindir atau menyakiti. Kebebasan yang bertanggung jawab, di mana kebebasan
itu tidak sekedar untuk menikung siapa yang berseberangan dengan kita. Dalam
pikiran saya tergambar hal yang lebih luas lagi, apakah negara kita sudah
benar-benar merdeka ? di mana negara benar-benar berdaulat dan bisa menentukan
nasib dan kebijakan tanpa sedikitpun tekanan dari negara lain ?. Entahlah ?.
Bagi saya dan teman-teman di sudut kecil kota Bantul, yang "ndeso", hal itu tidaklah penting
untuk dipikirkan dan hanya membuang-buang tenaga saja. Bagi kami, sudah cukup
kami bisa makan dan menyekolahkan anak sampai Perguruan Tinggi. "Nerimo ing pandum" kata
orang-orang tua.
naik berapapun nggak masalah buat saya :)
BalasHapusOrang kaya...
HapusSusah memang kalau sudah nyandu ..
HapusTapi kalau sampai naik jadi 50 ribu, saya mikir-mikir juga ... :D
Mumpung masih murah cepet borong rokok sebanyak-banyaknya, ngisep rokok sebanyak-banyaknya, nimbun rokok sebanyak-banyaknya.
BalasHapusKalau ada duitnya mas .. :)
Hapusbagi saya pribadi harga rokok naik tidak masalah, asalkan jangan harga kopi yg naik.. soalnya saya nggak ngerokok, sukanya nyruput kopi aja haha
BalasHapusWalah kalau rokok naik trus kopi juga naik, berat mas ..
Hapussoalnya saya ngrokok dan ngopi .. hehe
kalau harga rokok naik, jatah istri jadi turun :D
BalasHapusJatah istri turun dikit gak papa lah Kang, yang penting jatah yang lain tetep .. hehe
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus