Senin, 22 Agustus 2016

OBROLAN CAKRUK: HARGA ROKOK JADI 50 RIBU, APA EFEKNYA ?

Sepertia biasa, setiap malam Sabtu saya kejatahan ronda. Malam itu, masih dalam suasana 17-an, dan kelompok ronda baru saja diperbaharui, ada anggota baru masuk, dan ada anggota lama yang pindah. Jam 10-an, satu persatu anggota kelompok berkumpul di cakruk. Kebetulan salah satu anggota baru adalah Pak Mujiyono, ketua takmir Masjid Husnul Khotimah. Pak Mujiyono datang membawa jumbo berisi teh hangat dan snack sisa pengajian malam Sabtu.
Kami bercanda dengan akrab ketika semua sudah berkumpul di cakruk. Sambil menghisap dalam-dalam sebatang rokok Pro Mild, pak Mar berkata, "Mumpung isih murah, dipuas-puaske le ngrokok" (mumpung masih murah, dipuas-puaskan yang merokok). "Itu masih wacana pak Mar", kata pak Bambang, anggota baru pendatang dari Lampung. "Kalau saya sih gak masalah pak Bambang, mau rokok naik jadi 50 ribu, jadi 100 ribu" kata pak Ari yang tidak merokok sambil menyeruput teh hangat. "Alasan rokok dinaikkan rumornya untuk meningkatkan pendapatan negara dari cukai rokok dan nomboki defisit APBN 2016", kata pak Joko. "Juga untuk kesehatan", pak Ari menimpali.
Kami pun kemudian mengutarakan pendapat masing-masing secara bebas, tanpa harus "eyel-eyelan" dan debat kusir, apalagi sampai adu jotos. Pak Joko mengutarakan analisisnya bahwa dengan meningkatkan harga rokok sampai 300% lebih, maka itu akan menambah pendapatan negara yang tidak sedikit. "Tapi, kalau rokok dinaikkan sampai 50 ribu, banyak perokok terutama dari kalangan ekonomi menengah ke bawah akan berhenti merokok, eman-eman duite" kata Pak Bas. "Saya baca di internet, ada penelitian dari UI yang menyatakan bahwa kalau harga rokok dinaikkan jadi 50 ribu, maka 50% perokok mungkin akan berhenti merokok", sayapun ikut menimpali. "Nah, kalau 50% perokok berhenti merokok, sementara cukai rokok naik lebih dari 300%, maka tetap ada kenaikan pendapatan" kata pak Joko.
Kami semua terdiam sejenak dan berusaha untuk mencerna dan memahami apa yang dikatakan pak Joko. Sambil mengambil arem-arem, pak Bambang berkata, "Rokok itu menimbulkan semacam kecanduan, baik para perokok. Saya takut para perokok tidak siap untuk berhenti merokok, sehingga efeknya malah akan menimbulkan kerawanan sosial. Banyak perokok, karena efek kecanduannya, mencoba berbagai cara untuk mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhannya merokok. Kalau terjadi demikian, saya memprediksi kejahatan akan meningkat, dan ini malah berbahaya bagi stabilitas nasional". "Wah, kalau begitu, jangan-jangan wacana untuk menaikkan harga rokok jadi 50 ribu, sengaja dihembuskan untuk menggoyang pemerintahan Jokowi, bisa saja khan ..?" kata pak Bas.
Kami sedikit tersentak dan terdiam mendengar kata-kata dari Pak Bas. "Sudahlah, gak perlu dipikir dalam-dalam, kita serahkan saja pada kebijakan pemerintah. Pemerintah juga pasti akan mempertimbangkan berbagai aspek kalau nantinya memutuskan untuk menaikkan harga rokok. Yang penting, tugas kita sekarang ngambil jimpitan. Ini sudah jam 12 malam, daripada nanti "kebyaran", kata Pak Mujiyono memutuskan perdebatan ini.
Kami pun kemudian berangkat mengambil jimpitan di rumah-rumah warga. Kibaran bendera dan umbul-umbul karena tiupan angin yang dingin di ruas-ruas jalan menyertai langkah kita mengambil jimpitan. Kemerdekaan yang di bawa pendahulu, membuat kita bisa secara bebas mengeluarkan pendapat dan uneg-uneg, tanpa harus saling menyindir atau menyakiti. Kebebasan yang bertanggung jawab, di mana kebebasan itu tidak sekedar untuk menikung siapa yang berseberangan dengan kita. Dalam pikiran saya tergambar hal yang lebih luas lagi, apakah negara kita sudah benar-benar merdeka ? di mana negara benar-benar berdaulat dan bisa menentukan nasib dan kebijakan tanpa sedikitpun tekanan dari negara lain ?. Entahlah ?. Bagi saya dan teman-teman di sudut kecil kota Bantul, yang "ndeso", hal itu tidaklah penting untuk dipikirkan dan hanya membuang-buang tenaga saja. Bagi kami, sudah cukup kami bisa makan dan menyekolahkan anak sampai Perguruan Tinggi. "Nerimo ing pandum" kata orang-orang tua. 

Berbagi Informasi
Berbagi Informasi Updated at: Senin, Agustus 22, 2016

11 komentar:

  1. Balasan
    1. Susah memang kalau sudah nyandu ..
      Tapi kalau sampai naik jadi 50 ribu, saya mikir-mikir juga ... :D

      Hapus
  2. Mumpung masih murah cepet borong rokok sebanyak-banyaknya, ngisep rokok sebanyak-banyaknya, nimbun rokok sebanyak-banyaknya.

    BalasHapus
  3. bagi saya pribadi harga rokok naik tidak masalah, asalkan jangan harga kopi yg naik.. soalnya saya nggak ngerokok, sukanya nyruput kopi aja haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Walah kalau rokok naik trus kopi juga naik, berat mas ..
      soalnya saya ngrokok dan ngopi .. hehe

      Hapus
  4. kalau harga rokok naik, jatah istri jadi turun :D

    BalasHapus
  5. Jatah istri turun dikit gak papa lah Kang, yang penting jatah yang lain tetep .. hehe

    BalasHapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  7. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus

Terima Kasih Atas Kunjungannya
Harap berkomentar yang santun
dan tidak ada unsur SARA dan pornografi
Maaf, komentar dengan link aktif akan dihapus