ZACHFLAZZ SYNDROME (BACA : MENILAI KUALITAS HIDUP)

Siang hari, seperti teman saya Zachflazz saya mengalami suatu syndrome dimana tidak tahu mau ngapain. Mau neruskan kerjaan nggak ada mood, mau main males, ngasih komentar blog teman sudah. Apa yang harus saya lakukan ? Pilihan saya yang paling cerdas saat itu adalah tidur, agar badan dan pikiran kembali segar. Sayapun dengan semangat 45 membaringkan tubuh di atas kasur, dan segera memejamkan mata. Tapi apa daya, pikiran ini tidak mau diajak rileks. Berbagai hal timbul tenggelam dalam pikiran.

Tiba-tiba saja dalam  pikiran timbul pertanyaan, apa yang sudah saya capai dalam  hidup ? Sudah optimalkah usaha yang sudah dilakukan selama hidup ?  Sayapun kemudian mencoba mengukur seberapa kualitas hidup yang sudah dicapai. Bak seorang analisis, saya mencoba untuk mencari indikator untuk mengukur kualitas hidup.

Segala daya intelektual dan spiritual saya kerahkan semaksimal mungkin. Melalui metode berpikir "otak atik gatuk" tersusunlah sebuah susunan indikator, dimana tiap-tiap indikator masih dipecah menjadi sub indikator untuk mengukur kualitas hidup, yaitu :

1.    Hubungan dengan Tuhan

Saya mencoba membandingkan hubungan saya dengan Tuhan pada masa SD, SMP, SMA, kuliah, sampai dengan sekarang. Sub indikator yang digunakan adalah kesinambungan ibadah, kualitas ibadah, keikhlasan ibadah, jumlah amalan sunah yang dikerjakan, dan ibadah yang sifatnya hablumminannas.

2.    Hubungan dengan Teman

Saya mencoba menghitung jumlah teman yang saya miliki dari tahun ke tahun. Teman saya kategorikan dalam teman yang positif dan teman biasa. Teman positif adalah yang tetap menganggap teman dalam apapun kondisi saya.

3.    Kesejahteraan

Kesejahteraan saya ukur dari seberapa besar pendapatan yang diperoleh mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan pribadi dan keluarga, baik primer, sekunder, maupun tersier. Untuk itu saya juga harus mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan tersebut, khususnya kebutuhan sekunder dan tersier, misalnya kebutuhan liburan, pendidikan, dan sebagainya.

4.    Kualitas kehidupan sosial

Kualitas kehidupan sosial, diukur dari frekuensi kegiatan/peran sosial, frekuensi silaturahmi dengan kerabat, teman dan keluarga, dan waktu luang untuk melakukan hobby.

Indikator-indikator tersebut kemudian saya nilai dan dilakukan perbandingan dari waktu ke waktu. Indikator yang bersifat kualitatif saya coba kategorikan dan diberi nilai secara subyektif, dengan patokan batas apa yang diperkirakan bisa saya capai. Setelah didapatkan nilai tiap indikator tersebut, kemudian saya plot dan jadilah grafik kualitas hidup dari tahun ke tahun untuk tiap indikator. Besaran indikator saya jadikan ordinat dan tahun saya jadikan absis. Grafik yang saya dapatkan ternyata fluktuatif.

Selanjutnya saya mencoba untuk menganalisis mengapa grafik saya fluktuatif dan tidak stabil ?. Apa yang harus saya lakukan agar grafik saya bisa lebih stabil ?. Untuk itu saya harus instropeksi dan melihat ke dalam diri lebih dalam lagi. Saya mencoba mencari anteseden dari penurunan kualitas hidup saya dalam satu periode waktu. Tapi untuk itu semua, saya harus menyerah terhadap keterbatasan kemampuan berpikir dan fisik saya, sehingga saya memutuskan untuk mengistirahatkan otak saya dan tidur. Mungkin pada suatu saat teman-teman mengalami zachflazz syndrome, bisa mencoba cara saya untuk menilai kualitas hidup kita dan mencoba mencari solusi agar kualitas hidup kita terus mengalami peningkatan.

Categories: INSPIRASI